Menu

Mode Gelap
Solusi Praktis Bayar Zakat Fitrah via Online, Begini Penjelasannya Zakat Fitrah di Era Digital: Bolehkah Membayar Secara Online? Momen GP Ansor Ranting Demangan Santuni Anak Yatim, Berbagi Kebahagiaan Jelang Lebaran UPZ Unisnu Jepara Sukses Kelola Dana Zakat dan Infaq Rp 1,2 Miliar, Dimaksimalkan untuk Beasiswa, Modal Usaha Hingga Bantu Warga Kurang Mampu PCNU Jepara Terus Genjot Pembangunan RSU Aseh, Ini Pesan Ketua Umum Yaseha

Headline · 30 Mar 2024 01:51 WIB ·

Akulturasi Budaya Islam-Jawa Lewat Pujian Ba’da Tarawih


 Akulturasi Budaya Islam-Jawa Lewat Pujian Ba’da Tarawih Perbesar

nujepara.or.id – Pujian Ba’da Tarawih Bahasa Jawa merupakan sebuah syair Bahasa Jawa yang substansinya adalah puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW dan hal-hal ketauhidan. Pujian ini dilantunkan setelah salat tarawih. Di beberapa daerah tradisi ini hampir hilang, akan tetapi berbeda dengan Desa Wanusobo Kedung Jepara, tradisi ini terus dibudayakan, para sesepuh desa, tokoh agama dan remaja pun masih hafal dan melantunkannya.

Setiap selesai sholat Tarawih, pujian tersebut berkumandang di musolah-musolah di desa Wanusobo Kedung Jepara. Masyarakat meyakini bahwa shalawat Jawa tersebut diciptakan oleh walisonggo yaitu Sunan (Sunan Kalijaga). Keyakinan ini yang menjadikan warga terus menjaga tradisi ini. Banyak versi syiir, mungkin karena generasi-kegenarasi, sehingga berbeda-beda dengan tempat lain. Akan tetapi secara umum subtansinya banyak yang sama.

Adapun pujian itu berlirik seperti dibawa ini:

Shollallahu ‘ala Nabi Muhammad
Muhammad Syafi’il Khalqi fi yaumil qiyamah
Ya Robbana Ya Robbana waghfir lana dzunubana taqabbal du’aana
Huwarrohman Huwarrohim
Sing Rohim Dzat kang sampurna
Sampurnané wong alam kabèh.

Allah wujud, qidam, baqo’, mukholafatu lil hawaditsi, wal qiyamu binafsihi, wahdaniyyah, qudrat, irodat, ‘ilmu, hayyat, sama’, bashar, kalam.
Kalam qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakaliman.

Ingsung ngimanaken malaikat iku
Utusané Allah kawulané Allah
Kang werna-werna rupané, kang werna-werna gawéné, werna-werna ngibadahé
Tanpa syahwat tanpa nafsu, ora bapa ora ibu, ora lanang, ora wadon, ora mangan ora nginum
Jisimé jisim alus, bangsa nur

Pujian di atas sangat bagus dilestarikan, walaupun pujian tersebut bagian dari akulturasi Islam dengan budaya Jawa, akan tetapi baik untuk mengajarkan pujian-pujian dan ketauhidan untuk Masyarakat.
Tradisi tersebut selain meiliki kekhasan lokal yang bernilai tinggi, juga mengajarkan bahwa Islam mampu bersinergi dengan adat dan budaya, dan tentunya menunjukan bahwa Islam adalah Rahmatan lil A’lamain. Mudah-mudahan tradisi-tradisi tersebut akan terus lestari di Indonesia sebagai sebuah tradisi Islam di Nusantara ini.

Penulis: Ali Mustofa (Warga Wanusobo). Dosen STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang, Sekretaris LPTNU Diwek Jombang.

Artikel ini telah dibaca 275 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

NU dan GP Ansor Sukosono Gelar Takbir Keliling Bersama Pemerintah Desa dengan Tema ‘Menjaga Pribadi Islami di Tengah Gempuran Teknologi’

31 Maret 2025 - 23:46 WIB

Solusi Praktis Bayar Zakat Fitrah via Online, Begini Penjelasannya

30 Maret 2025 - 10:06 WIB

Zakat Fitrah di Era Digital: Bolehkah Membayar Secara Online?

29 Maret 2025 - 10:55 WIB

Momen GP Ansor Ranting Demangan Santuni Anak Yatim, Berbagi Kebahagiaan Jelang Lebaran

27 Maret 2025 - 23:43 WIB

Festival Thongtek dan Takbir Keliling 2025: Semarakkan Malam Lebaran di Desa Mambak

26 Maret 2025 - 18:52 WIB

LAZISNU Ranting Sukosono Ajak Relawan Berdoa Bersama dan Sambung Rasa

26 Maret 2025 - 13:10 WIB

Trending di Headline