Menu

Mode Gelap
Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25) NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 )

Opini · 26 Nov 2019 05:53 WIB ·

Gus Baha’ di Tengah Oase Umat


 Gus Baha’ di Tengah Oase Umat Perbesar

Oleh : Fuad Fahmi Latif, santri mbeling

Dewasa ini ada satu fenomena kiai muda yang nyentrik, beda dengan kiai-kiai lainnya. Orangnya alim, lugas dan santai dalam membeberkan dakwah agama, namun tidak mengurangi kedalaman ilmu penyampaiannya. Ia adalah Gus Baha’, seorang yang ahli tafsir, fiqih, tasawuf dan pernah bercita-cita sebagai wali ini, ternyata merupakan salah satu murid kinasihnya Mbah Moen, dan putra Kiai Nur Salim, Narukan, Rembang (kebetulan penulis juga dari Rembang).

Sosoknya yang sangat sederhana menyampaikan dakwah agama dengan sangat menyenangkan, penuh dengan gelak tawa dan membuka harapan seluas-luasnya bagi siapa pun yang kepengen berbuat baik.

Argumentasinya sangat otoritatif, pandai menempatkan i’tibar, dakwahnya sederhana, bahasa yang digunakan seolah-olah dalil ini sebenarnya ingin mengeluarkan dogma agama yang biasa dibawa untuk menakut-nakuti pemeluknya pada suatu hal yang mudah dan menggembirakan.

Beliau sering mengatakan orang Islam itu harus pede dan yakin pada dirinya sendiri, seperti “Man qala Laila haillallah dakhala Al Jannah, wain zana, wain saraqa”, Barang siapa yang bersaksi kepada Allah maka dia pasti masuk surga meski berbuat zina dan mencuri” artinya seorang muslim apa pun amalnya suatu saat pasti akan masuk surga, karena hakikatnya orang bisa masuk surga itu bukan gara-gara amal baiknya yang banyak, namun karena mendapatkan rahmat dari Tuhan.

Dengan gaya bahasa yang blak-blakan semacam ini Gus Baha’ mampu menjadi oase bagi setiap orang Islam yang belum bisa berislam dengan baik. Di hadapan Gus Baha’ semua orang berpotensi bisa masuk surga.

Ada nasihat menarik dari Gus Baha’. Ketika ada seorang hamba yang dimasukkan neraka “wong mlebu neroko iku wajar, mergo awake dewe nakal dadi kawulo sering ngelakoni maksiat, tapi sebenere iki was-wase syetan, syetan kepengen nek wong Islam iku wedi bakal dilebokke neroko, dadekke putus asa karo rohmate pengeran. Padahal awak dewe reti rahmate pengeran iku ngeluwehi bendune” (gaya guyon Gus Baha’).

Intinya Gus Baha’ ingin mengajak untuk terus mencintai Allah, tidak putus berharap dari rahmatnya dan juga tidak happy-happy dari rekayasa Allah. Kita diberi nikmat sujud, shalat, ibadah adalah pemberian yang besar, suatu kelaziman antara hamba dan Tuhannya, Anugerah ini tidak bisa hanya diumpamakan dengan balasan surga atau neraka.

Sekarang sudah banyak Muhibbin Gus Baha’ di mana-mana. Allah telah menggerakkan hati orang-orang untuk mencintai Gus Baha’, ada banyak yang menyerbu kajian onlinenya, pengajian majelis dan bahkan viral di youtube, dan yang ikut ngaji lewat youtube tidak usah berkecil hati, kata Gus Baha’ tetap mendapatkan berkah ilmunya.

Menurut Gus Baha’ sederhana, “Kebenaran hakikatnya mudah untuk diterima, dan tidak menggunakan logika yang sulit untuk menolak”. (*)

Artikel ini telah dibaca 248 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Akselerasi Khidmah NU dan Keberjamaahan

17 Februari 2023 - 05:47 WIB

Hari Santri Nasional Dan Pembangunan Peradaban

24 Oktober 2022 - 04:21 WIB

Shiddiqiyah : Thoriqoh Yang Mu’tabar (otoritatif) ataukah yang “nrecel” (Keluar Jalur) ?

15 Juli 2022 - 07:58 WIB

Jepara, Investasi Agrobisnis dan Jihad Pertanian NU

30 Mei 2022 - 02:50 WIB

Santri dan Filologi Islam Nusantara

25 April 2022 - 03:21 WIB

Mengurai Kontroversi Zakat Fitrah dengan Uang

25 April 2022 - 03:14 WIB

Trending di Hujjah Aswaja