Menu

Mode Gelap
Hadir di Lirboyo, Gus Yahya: Islah PBNU Telah Tercapai Disini Rajab, Saatnya “Mremo” Amal Kebaikan di Bulan yang Mulia Bahtsul Masail Tingkat Mahasiswa Se-Jawa Tengah digelar di UNISNU, Soroti Kontroversi Terkait Hukum dan Politik Aliansi Santri Jepara Desak Komdigi dan KPI Cabut Izin Trans7, Buntut Tayangan yang Lecehkan Pesantren Visiting Lecturer di Negeri Tirai Bambu, Aprilia Wakili UNISNU Jepara Kenalkan Wisata Bahari Indonesia

Kabar · 15 Jun 2019 00:41 WIB ·

Gus Yahya: Halal Bihalal, Kultur Islam Khas Indonesia


 Gus Yahya: Halal Bihalal, Kultur Islam Khas Indonesia Perbesar

Gus Yahya hadir sebagai pembicara dalam halal bihalal di Unisnu Jepara.

nujepara.or.id – Keluarga besar Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara menyelenggarakan kegiatan halal bihalal di Gedung Haji MWC NU Tahunan Kompleks Kampus Unisnu Jepara, Kamis, (13/6/2019) pagi.

Kegiatan dihadiri ratusan peserta dan tamu undangan. Mulai dari pengurus Yaptinu, pejabat, dosen, dan tenaga kependidikan Unisnu, perwakilan organisasi kemahasiswaan dan segenap keluarga PCNU Jepara.

Rektor Unisnu Jepara, Sa’dullah Assa’idi dalam sambutannya menegaskan bahwa acara halal bihalal yang diselenggarakan diarahkan pada terwujudnya keakraban dan penguatan kelembagaan. Sesuai dengan tema yang diangkat yaitu “Meneguhkan Persatuan Keluarga Besar Unisnu Jepara Dalam Bingkai Ahlusunnah Wal Jama’ah an Nahdliyyah”

Sebagaimana disampaikan oleh H. Shodiq Abdullah, Ketua Umum YAPTINU dalam sambutannya menyampaikan tentang pentingnya silaturrahim dan tetap selalu menjaga dan menerapkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah  di dalam civitas kampus Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Pada kesempatan itu KH Hayatun Abdullah Hadziq juga memberikan sambutannya selaku Ketua PCNU Jepara. Dikemukakannya bahwa di bulan suci Ramadhan NU Jepara melakukan kegiatan Buka Bersama di Lapas Jepara. Ketika ditanya semua penghuni lapas adalah orang NU. Sehingga itu menjadi salah satu silaturrahim NU kepada sesama manusia.

KH Yahya Cholil Staquf, Katib ‘Aam PBNU menyampaikan mauidlah tentang tradisi halal bi halal. Menurutnya ada sebagian pihak yang mengkritisi tradisi yang telah mengakar ini sebagai tradisi yang bid’ah yang tidak ada di dalam ajaran Islam itu sendiri.

Masih menurutnya tidak semua hal yang baru dihukumi sesat. Demikian halnya dengan tradisi halal bihalal. Tradisi seperti ini tidak ditemukan di luar nusantara dan barangkali hanya ditemukan di Indonesia saja. “Tentunya kita harus memahami sejarah dan paham runtut sejarah bangsa kita,” katanya.

Ketika hari raya Idul Fitri tiba, salah satu tradisi masyarakat Indonesia yang selalu dilakukan adalah ke rumah sanak saudara dan kolega. Tradisi ini merupakan ajang silaturahmi untuk bermaaf-maafan, namun yang paling sering kita kenali adalah istilah halal bi halal.

“Istilah halal bihalal hanya ada di Indonesia? Di negara seperti Malaysia dan lainnya tidak ada istilah yang namanya halal bi halal atau tradisi seperti Indonesia. Istilah ini ternyata memiliki kisah sejarah yang menarik. Mulanya istilah ini disebutkan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah yang merupakan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama.”

Penyebutan istilah ini dilatarbelakangi atas keresahan sang kiai terhadap kondisi bangsa Indonesia yang saat itu baru-baru saja merdeka, namun para elit politiknya justru sedang berseteru. Sekira tahun 1948, Indonesia tengah mengalami pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII dan PKI di Madiun. Para petinggi negara kala itu pun sedang tidak akur.

Lantas, menurut riwayat dari Kiai Masdar, pada pertengahan bulan ramadhan Presiden Soekarno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara. Ia menyampaikan rasa gelisahnya mengenai situasi politik yang sedang tidak sehat tersebut dan meminta masukan dari Kiai Wahab.

Kiai Wahab lantas memberi saran kepada Soekarno untuk menyelenggarakan silaturahmi dengan para elit politik dan masyarakat karena Hari Raya Idul Fitri hampir tiba. “Lantaran kurang setuju dengan sebutan “Silaturahim” kemudian Kiai Wahab memberikan istilah lain dan muncullah Halal Bi Halal,” ungkap Gus Yahya .

Katib Aam PBNU juga menjelaskan bahwa Istilah “halal bihalal menjadi Gus salah satu corak budaya atau kultur Islam yang ada di Indonesia. Dan itu semua tidak terlepas dari ulama kita terdahulu. Sehingga ini menjadi salah satu peradaban Islam atau Islam Nusantara. (khabib aminuddin)

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Glory Casino Live Casino Tips for an Enjoyable, Low-Stress Play Experience

28 Desember 2025 - 20:25 WIB

Exploring Glory Casino Mobile Slots Gameplay Experience: Tips and Features

28 Desember 2025 - 00:17 WIB

Glory Casino Mobile Betting Experience Explained: Benefits and User Tips

27 Desember 2025 - 22:00 WIB

Mostbet AZ üzərindən idman mərci yerləşdirmə qaydası və strategiyaları

26 Desember 2025 - 12:58 WIB

Master Casino Glory Demo Games for Learning Basics Effectively and Quickly

26 Desember 2025 - 12:14 WIB

Hadir di Lirboyo, Gus Yahya: Islah PBNU Telah Tercapai Disini

25 Desember 2025 - 19:49 WIB

Trending di Kabar