Oleh Kiai Hisyam Zamroni*
nujepara.or.id – Hari Santri Nasional adalah fenomena. Banyak orang menduga bahwa Hari Santri Nasional adalah salah satu bentuk sektarinisme di mana pada awalnya orang menduga jika hari santri hanya dimiliki “kelompok santri” saja.
Jika kita menilik perjuangan santri melalui Resolusi Jihad Hadrotusy Syech Mbah Hasyim Asy’ari maka santri adalah “ikon” perjuangan yang mampu menggerakkan semua orang lintas sosial, suku, profesi bahkan lintas agama untuk melawan penjajah dan mengusirnya dari bumi pertiwi Indonesia.
Olehnya, santri dimaknai bukan hanya “jenis” santrinya akan tetapi menjadi simbol perlawanan terhadap “ketidakadilan dan penciptaan perdamaian di muka bumi ini.
Mengangkat makna santri dari makna “jinsiyyah” atau personal menjadi makna “simbolik” inilah yang harus terus menerus dikedepankan sehingga santri menjadi sebuah “ikonik penciptaan peradaban baru” yang akan memiliki relevansi terhadap kemajuan dalam berbangsa dan beragama bahkan menciptakan keselarasan perdamaian dunia.
Cita cita luhur di atas, memberikan motivasi bagi santri untuk memulai dari wilayah dan daerah masing masing, seperti peringatan upacara Hari Santri Nasional 2022 yang dilaksanakan di Kabupaten Jepara.
Upacara Hari Santri Nasional 2022 Kabupaten Jepara yang dilaksanakan oleh PCNU Jepara dan Forkopimda Jepara menampilkan suasana upacara yang multi-cultural, lintas sosial dan lintas agama yaitu peserta upacara Hari Santri Nasional 2022 diikuti tidak hanya oleh ormas ormas islam seperti Muhammadiyah dan lainnya, akan tetapi juga diikuti oleh tokoh tokoh agama lintas agama yaitu bapa pastur, pendeta, bikku, kepala dinas, camat, petinggi/lurah se Kabupaten Jepara.
Ada hal yang menarik pada upacara ini bahwa petugas upacaranya dimulai dari perwira upacara, komandan kompi dan komandan upacaranya adalah personel dari TNI dan Polri. Kemeriahan upacara Hari Santri Nasional 2022 Kab. Jepara menjadi sangat menggetarkan manakala yang menjadi inspektur upacara adalah Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo.
Partisipasi dan apresiasi yang luar biasa di atas membuktikan bahwa fenomena Hari Santri Nasional bukan lagi santri dimaknai “jinsiyyah” atau santri is personal an sich, akan tetapi bergeser makna bahwa santri menjadi sebuah “ikonik baru” di mana orang “merasa memiliki”, merasa senang bahagia dan menjadi bagian dari santri yang bersama sama ikut “berjuang” membangun bangsa, negara dan menciptakan perdamaian dunia.
Menjadikan santri sebagai “ikonik baru” dalam menciptakan peradaban baru untuk semua memang sangat berat, akan tetapi karena kekuatan “tirakatnya” seorang santri akan timbul keyakinan bahwa santri akan terus bersama bergerak dan santri akan mampu mengubah peradaban dunia lebih maju dan damai sentosa.
Santri adalah kita dan kita adalah santri.
- Wakil Ketua PCNU Jepara