Menu

Mode Gelap
Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

Esai · 18 Apr 2022 06:40 WIB ·

Historitas Ramadhan


 Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara) Perbesar

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara)

Pelaksanaan ibadah dalam sebuah agama ada yang formulasinya baru “tercipta” dan ada yang secara turun menurun ibadahnya tersebut menyejarah dilaksanakan yang di dalam ilmu ushul fiqh disebut syar’u ma qoblana seperti salah satunya dengan jelas diterangkan didalam al Qur’an tentang kewajiban melaksanakan puasa:

“Ya ayyuhal-ladzina amanu kutiba alaikumusshiyama kama kutiba alal-ladzina min qoblikum, la’allakum tattaqun”

Teks al Qur’an di atas menerangkan secara “gamblang” bahwa kewajiban melaksanakan puasa bagi orang yang beriman adalah “menyejarah” dimana secara periodik dari kurun ke kurun masyarakat dunia melaksanakan kewajiban puasa sesuai dengan aturannya masing masing pada saat itu. Jadi, ibadah puasa itu secara tidak langsung adalah ibadah yang “aktual” lizamanin wa makanin

Dari keterangan diatas, kita pahami bahwa “agama” telah mewariskan dan malaksanakan “tradisi keberagamaannya” masing masing yang dijadikan simbol “peradaban” yang “hidup” dari masa ke masa. Olehnya, jika ada sebagian orang yang menafikan “kesejarahan” keberagamaannya maka akan berakibat “pemutusan” peradaban yang tercipta pada masa lalu sehingga efeknya akan berdampak pada generasi berikutnya yaitu “bengong” terhadap sejarah peninggalan agamanya dan bahkan tidak mampu meneruskan dan bahkan menciptakan peradaban baru.

Puasa tidak hanya sebuah ritual ibadah akan tetapi lebih dari itu Tuhan ingin bahwa puasa adalah sebuah “peradaban” yang terbentuk dan hidup dari masa ke masa yang disesuaikan dengan realitas dan tantangan zaman sehingga nampak jelas dipahami bahwa “substansi” puasanya tetap, namun “pensyariatannya” yang menyesuaikan lizamanin wa makanin karena puasa adalah salah satu “ibadah historis”.

Konsekwensinya, karena ibadah puasa adalah ibadah historis atau menyejarah maka ibadah puasa memiliki “keistimewaan” dan “efek manfaat” yang lebih daripada ibadah ibadah yang lainnya.

Semoga kita selalu mendapatkan ridho, dan bimbingan dari Gusti Allah SWT dalam menjalankan ibadah puasa di bulan romadhon ini.. Aamiin Aamiin Aamiin

Ust Hisyam Zamroni, Wakil Ketua PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 5 kali

Baca Lainnya

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Jajaran NU - Peduli Bencana PCNU Jepara menggelar rakor seiring potensi terjadinya bencana imbas hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Jepara dalam beberapa hari terakhir.

Semangat Kepahlawanan dan Jiwa Altruisme Sosial

8 November 2024 - 15:47 WIB

Ilustrasi pejuang perempuan.

MWC NU Tahunan Serukan Jaga Kondusifitas Selama Pilkada

2 November 2024 - 13:32 WIB

Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Tahunan Jepara KH. Ali Masykur menyerukan agar tetap menjaga kondusivitas selama proses Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) pada 27 Nopember 2024.

YPMNU Jepara Adakan Simulasi Manasik Haji

1 November 2024 - 20:32 WIB

Pengurus Yayasan Pendidikan Muslimat NU cabang Jepara menyelenggarakan Simulasi Manasik Haji.

Jagong Ngayeng di Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober 2024 - 06:58 WIB

Ilustrasi Sumpah Pemuda

Romantisnya Hubungan NU dan Ba’alawi di Jepara, Pondasinya Dibangun Keturunan Habib Pengikut Pangeran Diponegoro

15 Agustus 2024 - 01:53 WIB

Katib Syuriah PCNU Jepara Kiai M Nasrullah Huda, Sekretaris Tanfidziyah PCNU Jepara Kiai Ahmad Sahil berfoto bersama dengan Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah MWC NU Nalumsari periode 2023 - 2028, Kiai Nurkhan dan Habib Sholeh usai kegiatan konferensi yang digelar Sabtu (18/2/2023).
Trending di Hujjah Aswaja