Menu

Mode Gelap
Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU Dimakamkan di Mayong, Ini Kisah Raden Ayu Mas Semangkin Sang Senopati Perang Lereng Muria Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

Esai · 18 Apr 2022 06:40 WIB ·

Historitas Ramadhan


 Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara) Perbesar

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara)

Pelaksanaan ibadah dalam sebuah agama ada yang formulasinya baru “tercipta” dan ada yang secara turun menurun ibadahnya tersebut menyejarah dilaksanakan yang di dalam ilmu ushul fiqh disebut syar’u ma qoblana seperti salah satunya dengan jelas diterangkan didalam al Qur’an tentang kewajiban melaksanakan puasa:

“Ya ayyuhal-ladzina amanu kutiba alaikumusshiyama kama kutiba alal-ladzina min qoblikum, la’allakum tattaqun”

Teks al Qur’an di atas menerangkan secara “gamblang” bahwa kewajiban melaksanakan puasa bagi orang yang beriman adalah “menyejarah” dimana secara periodik dari kurun ke kurun masyarakat dunia melaksanakan kewajiban puasa sesuai dengan aturannya masing masing pada saat itu. Jadi, ibadah puasa itu secara tidak langsung adalah ibadah yang “aktual” lizamanin wa makanin

Dari keterangan diatas, kita pahami bahwa “agama” telah mewariskan dan malaksanakan “tradisi keberagamaannya” masing masing yang dijadikan simbol “peradaban” yang “hidup” dari masa ke masa. Olehnya, jika ada sebagian orang yang menafikan “kesejarahan” keberagamaannya maka akan berakibat “pemutusan” peradaban yang tercipta pada masa lalu sehingga efeknya akan berdampak pada generasi berikutnya yaitu “bengong” terhadap sejarah peninggalan agamanya dan bahkan tidak mampu meneruskan dan bahkan menciptakan peradaban baru.

Puasa tidak hanya sebuah ritual ibadah akan tetapi lebih dari itu Tuhan ingin bahwa puasa adalah sebuah “peradaban” yang terbentuk dan hidup dari masa ke masa yang disesuaikan dengan realitas dan tantangan zaman sehingga nampak jelas dipahami bahwa “substansi” puasanya tetap, namun “pensyariatannya” yang menyesuaikan lizamanin wa makanin karena puasa adalah salah satu “ibadah historis”.

Konsekwensinya, karena ibadah puasa adalah ibadah historis atau menyejarah maka ibadah puasa memiliki “keistimewaan” dan “efek manfaat” yang lebih daripada ibadah ibadah yang lainnya.

Semoga kita selalu mendapatkan ridho, dan bimbingan dari Gusti Allah SWT dalam menjalankan ibadah puasa di bulan romadhon ini.. Aamiin Aamiin Aamiin

Ust Hisyam Zamroni, Wakil Ketua PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 1 kali

Baca Lainnya

Progress Lebih Cepat, Dilaksanakan Pengecoran Lantai Tiga RSU Anugerah Sehat Jepara

18 Juni 2024 - 09:22 WIB

Doa bersama dan pembacaan manaqib sebelum pengecoran RSU Anugerah.

Madin Al Fauziyah Banjaragung Gelar Live-in ke-3 di Papasan

17 Juni 2024 - 03:25 WIB

Madrasah Diniyah (Madin) Al Fauziah banjaragung melaksanakan kegiatan live-in di Desa Papasan.

Menelusuri Jejak Budaya Pulau Nyamuk, Lakukan Inventarisasi

10 Juni 2024 - 04:13 WIB

Salah satu obyek yang diduga cagar budaya di Makam Sumur Wali Pulau Nyamuk.

Azmul Falah Terpilih Ketua GP Ansor Ranting Banjaragung

10 Juni 2024 - 04:04 WIB

Ketua PAC GP Ansor Bangsri Miftahusururi (kiri) memberikan perangkat organisasi secara simbolis kepada Azmul Falah (kanan).

Senangnya Siswa di Pulau Nyamuk, Dapat Kunjungan Museum R.A Kartini

9 Juni 2024 - 05:06 WIB

GP Ansor Ranting Banjaragung Gelar Rapat Anggota dan Reorganisasi

9 Juni 2024 - 04:55 WIB

GP Ansor Ranting Banjaragung akan melaksanakan Rapat Anggota dan Reorganisasi.
Trending di Hujjah Aswaja