Menu

Mode Gelap
PC Muslimat NU Jepara Gelar Diklat Paralegal, Bentuk Pos Pengaduan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Fatayat Jepara Kota Lantik Kepengurusan 11 Ranting Baru Turba ke Ranting, MWCNU Nalumsari Targetkan Kinerja Lazisnu Lima Tahun Terakhir Tidak Produksi, Teater Tuman Bangkit melalui Winara Kisah Syekh Ihsan Al-Jampesi, Pengarang Kitab Sirojut Tholibin yang Menolak Tawaran Raja Mesir untuk Mengajar di Al-Azhar

Esai · 18 Apr 2022 06:40 WIB ·

Historitas Ramadhan


 Ust Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara) Perbesar

Ust Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara)

Pelaksanaan ibadah dalam sebuah agama ada yang formulasinya baru “tercipta” dan ada yang secara turun menurun ibadahnya tersebut menyejarah dilaksanakan yang di dalam ilmu ushul fiqh disebut syar’u ma qoblana seperti salah satunya dengan jelas diterangkan didalam al Qur’an tentang kewajiban melaksanakan puasa:

“Ya ayyuhal-ladzina amanu kutiba alaikumusshiyama kama kutiba alal-ladzina min qoblikum, la’allakum tattaqun”

Teks al Qur’an di atas menerangkan secara “gamblang” bahwa kewajiban melaksanakan puasa bagi orang yang beriman adalah “menyejarah” dimana secara periodik dari kurun ke kurun masyarakat dunia melaksanakan kewajiban puasa sesuai dengan aturannya masing masing pada saat itu. Jadi, ibadah puasa itu secara tidak langsung adalah ibadah yang “aktual” lizamanin wa makanin

Dari keterangan diatas, kita pahami bahwa “agama” telah mewariskan dan malaksanakan “tradisi keberagamaannya” masing masing yang dijadikan simbol “peradaban” yang “hidup” dari masa ke masa. Olehnya, jika ada sebagian orang yang menafikan “kesejarahan” keberagamaannya maka akan berakibat “pemutusan” peradaban yang tercipta pada masa lalu sehingga efeknya akan berdampak pada generasi berikutnya yaitu “bengong” terhadap sejarah peninggalan agamanya dan bahkan tidak mampu meneruskan dan bahkan menciptakan peradaban baru.

Puasa tidak hanya sebuah ritual ibadah akan tetapi lebih dari itu Tuhan ingin bahwa puasa adalah sebuah “peradaban” yang terbentuk dan hidup dari masa ke masa yang disesuaikan dengan realitas dan tantangan zaman sehingga nampak jelas dipahami bahwa “substansi” puasanya tetap, namun “pensyariatannya” yang menyesuaikan lizamanin wa makanin karena puasa adalah salah satu “ibadah historis”.

Konsekwensinya, karena ibadah puasa adalah ibadah historis atau menyejarah maka ibadah puasa memiliki “keistimewaan” dan “efek manfaat” yang lebih daripada ibadah ibadah yang lainnya.

Semoga kita selalu mendapatkan ridho, dan bimbingan dari Gusti Allah SWT dalam menjalankan ibadah puasa di bulan romadhon ini.. Aamiin Aamiin Aamiin

Ust Hisyam Zamroni, Wakil Ketua PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 84 kali

Baca Lainnya

Generasi Muda Harus Amalkan Pancasila

7 Juni 2023 - 08:24 WIB

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jepara menggelar sosialisasi dan forum diskusi.

Kolaborasi MWCNU Nalumsari dan Mayong Bahas Problem Keumatan

6 Juni 2023 - 02:01 WIB

Kolaborasi jamaah dari dua MWCNU di wilayah Jepara bagian Selatan masih tetap terjaga.

PC Muslimat NU Jepara Gelar Diklat Paralegal, Bentuk Pos Pengaduan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

1 Juni 2023 - 08:51 WIB

Peserta Diklat Paralegal foto bersama di sela-sela kegiatan yang digelar di Gedung Ma'arif NU Jepara, 29 - 31 Mei 2023.

Meluruskan Politik Identitas

31 Mei 2023 - 01:21 WIB

Ilustrasi NU di perkampungan

Heterogenitas Pancasila Sebuah “Keniscayaan”

31 Mei 2023 - 01:08 WIB

Ilustrasi gambar Wawasan Nusantara

BMT Lisa Nalumsari Raih Aset Rp2,6 Milyar di Akhir Periode

30 Mei 2023 - 03:59 WIB

Pelantikan dan pengukuhan pengurus BMT Lima Satu (Lisa) Nalumsari baru periode 2023-2028.
Trending di Hujjah Aswaja
%d blogger menyukai ini: