Menu

Mode Gelap
Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

Hujjah Aswaja · 6 Mei 2022 03:25 WIB ·

Makna Cerdas Teks Hadits Puasa Syawal: Bodho Kupat Lepet dan Lombanan


 Ilustrasi pesta Syawalan atau Lomban di Kabupaten Jepara (dok.detiknews) Perbesar

Ilustrasi pesta Syawalan atau Lomban di Kabupaten Jepara (dok.detiknews)

Oleh: Kiai Hisyam Zamroni

nujepara.or.id-Terlepas dari ragam makna filosofis tentang Kupat dan Lepet, ada hal yang menarik jika kita telisik lebih jauh dari sisi makna cerdas yang diberikan oleh Walisongo terhadap hadits Kanjeng Nabi Muhammad SAW tentang anjuran puasa 6 (enam) hari di bulan Syawal setelah Bodho Iedul Fitri.

Walisongo memaknai hadits tentang anjuran puasa 6 (enam) di bulan Syawal setelah bodo iedul fitri tidak hanya dari sisi “fiqih” tapi juga dimaknai dari sisi “budaya” dengan harapan agar menjalankan puasa 6 (enam) hari di bulan syawal menjadi “tradisi baik” bagi masyarakat yang juga disudahi dengan istilah “bodho” yang kemudian disebut “bodho cilik atau bodho kupat lepet” melalui acara “lombanan”.

Jadi, Bodho Cilik atau Bodho Kupat Lepet adalah “rangkaian ibadah” yang diawali dari puasa Ramadhan yang diakhiri dengan riyoyo, lebaran dan bodho iedul fitri yang setelahnya dilanjutkan dengan puasa 6 (enam) hari di bulan syawal yang diahiri dengan bodho cilik atau bodo kupat lepet yang kemudian di-implementasikan melalui perayaan “lombanan” sebagai ungkapan rasa syukur telah tuntas menjawab “sapaan” Gusti Allah SWT yang wajib yaitu berupa puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan sapaan Kanjeng Nabi Muhammad SAW yaitu berupa puasa sunnah enam (hari) di bulan Syawal.

Lombanan adalah hari “Maritim Nusantara” yaitu ekspresi spiritual yang berupa “sedekah laut” yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di seluruh Nusantara sebagai rasa syukur kepada Gusti Allah SWT dengan landasan teks agama yang kokoh yaitu “pen-tuntas-an” ritual ibadah sunnah puasa enam (6) hari setelah hari raya iedul fitri. Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan dan kebudayaan adalah sinergis yaitu boleh jadi melalui kecerdasan memaknai teks teks agama bisa menjadi budaya yang mentradisi dari waktu ke waktu sehingga kemudian tercipta peradaban baru. Sebaliknya setelah acara lombanan maka pada bulan dzul-kangidah melaksanakan “Kabumi” atau sedekah bumi yang disebut hari “Hari Bumi Nusantara” yang dilaksanakan di desa desa se Nusantara.

Tafsir Cerdas Walisongo terhadap teks suci ini menjadikan proses keberagamaan tidak “kering kerontang” akan tetapi menjadikan beragama selalu “hidup” karena bersinergi dengan situasi, kondisi dan sosio-cultural yang dihadapi dan dilaluinya.

Semangat tafsir Walisongo ini harus menjadi inspirasi bagi generasi sekarang untuk selalu berinovasi atau selalu “menafsir ulang” teks dalil agama dengan realitas yang dihadapi tanpa mencerabut akar agama yang sudah “pakem”, sebagaimana pitutur Kanjeng Sultan Agung;

“Agama itu laksana Syair sedangkan yang berubah adalah gendingnya yang menyesuaikan dengan langgam li zamanin wa makanin”.

(Kiai Hisyam Zamroni, Wakil Ketua Tanfizdiyah PCNU Kabupaten Jepara)

Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

IPNU-IPPNU Ranting Pekalongan Gelar Festival Rebana Tradisional Ke- 2, Ini Daftar Juaranya

11 Januari 2025 - 23:52 WIB

Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini

8 Januari 2025 - 06:11 WIB

Logo Harlah Ke-102 NU.

Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya

31 Desember 2024 - 07:14 WIB

ILUSTRASI proses rukyat untuk menentukan awal bulan Rajab.

Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia

13 Desember 2024 - 10:01 WIB

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Jajaran NU - Peduli Bencana PCNU Jepara menggelar rakor seiring potensi terjadinya bencana imbas hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Jepara dalam beberapa hari terakhir.

Belajar dari Kasus Gus Miftah : Dakwah Harus Mengutamakan Akhlak

6 Desember 2024 - 14:57 WIB

Trending di Kabar