nujepara.or.id – Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Ranting Pendem II Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara peringati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Santri 2021 dengan menyelenggarakan Selapanan Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor. Kegiatan yang dilaksanakan Selasa Kliwon malam Rabu Legi (26/10/2021) ini di tempatkan di Masjid Al Hidayah RT 03 RW 02 Pendem serta diikuti oleh masyarakat pengurus PR GP Ansor dan Pengurus Masjid setempat.
Ketua PR GP Ansor Pendem II Ahmad Afandi mengatakan bahwa kegiatan ini sengaja diselenggarakan dengan konsep yang berbeda dengan selapanan sebelumnya. “Jika pada selapanan Rabu legi sebelumnya diisi dengan ngaji Kitab Wasiyatul Mustofa pada selapanan kali ini sengaja kami selenggarakan bebeda karena bersamaan dengan dua momen penting, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Santri Nasional,” katanya.
Ia menambahkan agar anggota dan pengurus GP Ansor tidak bosan dan lelah untuk istiqomah di majlis selapanan ini, dengan harapan istiqomahnya majlis ini dapat dikategorikan sebagai orang yang mengurusi NU. “Karena KH Hasyim Asy’ari dawuh barang siapa yang mengurusi NU, maka dia saya anggap sebagai santriku, barang siapa yang menjadi santriku, maka ia saya do’akan khusnul khotimah berserta anak cucunya,” imbuhnya mengutip salah satu dawuh KH Hasyim Asy’ari.
Takmir masjid Al Hidayah Kiai Muhromin juga mengungkapkan kebahagiaannya karena sampai hari ini masih ada pemuda yang mau mengurusi amaliah Nahdlatul Ulama. “Sampean ke sini ini, saya merasa sangat bahagia, setidaknya saya masih punya harapan di masa yang akan datang masih ada penerus saya yang sudah lanjut ini,” kata kiai yang aktif menjadi ketua IPNU tahun 1964 itu.
Ia mengisahkan saat menjadi pengurus GP Ansor perjuangannya sangat berat, untuk penggalian dana ia bersama dengan pengurus rela ikut kerja panen padi di sawah salah seorang warga dan hasilnya dibuat kas Ansor atau untuk kegiatan. “Dulu kami untuk memiliki kas Ansor iku harus neropong (panen padi-red) di sawah dan hasilnya untuk kas dan kegiatan,” imbuhnya.
Kiai Hasan Asy’ari dalam mauidhoh hasanahnya menjelaskan bahwa tidak ada acara/pagelaran yang paling agung kecuali memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. “Maulid Nabi itu ibarat dahan pada pohon, acara yang lain adalah ranting, tanpa Maulid Nabi tidak ada peringatan hari besar lainnya seperti isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an, dan Shalat Iedatain,” jelasnya.
Ia menambahkan tidak ada orang yang memperingati maulid Nabi kecuali orang yang mulia. Bahkan nabi pun memperingati maulidnya sendiri bahkan setiap minggu tidak hanya setahun sekali. “Makanya Nabi itu setiap hari Senin itu puasa untuk mengungkapkan syukurnya kepada Allah karena telah melarihkanku di hari Senin,” imbuh Alumni salah satu Pesantren di Banyuwangi ini.
Selanjutnya ia berpesan kepada semua pengurus Ansor, bahwa kita boleh bangga sebagai pengurus GP Ansor, karena itu (Ansor-red) adalah salah satu cara untuk mengurusi NU sebagaimana dawuh KH Hasyim Asy’ari.
“Tapi yang harus digarisbawahi adalah yang mau ‘mengurusi NU’ dari dawuhnya KH Hasyim Asy’ari itu. Jangan sampai kalian menjadi pengurus bukan mengurusi agar dapat do’a dari KH Hasyim Asy’ari justru malah mendapatkan laknat atau kebalikan dari do’a KH Hasyim Asy’ari itu,” imbuhnya.
Kemudian, Kiai Hasan Asy’ari mengakhiri mauidhohnya dengan berpesan. Kita mengurusi NU tidak harus menjadi pengurus NU, tetapi Khidmah lil ummah dengan masih menyelenggarakan amaliah NU itu masuk kategori mengurusi NU. “Jadi tetap beraktivitas atau khidmah di NU sesuai bidang masing-masing, supaya semua lini diisi oleh orang-orang NU, seperti saya ini Khidmah di NU melalui keluarga Besar Ruqyah Aswaja (KBRA),” pungkas Ketua KBRA Kabupaten Jepara. (af)