nujepara.or.id- Hampir setiap saat terutama pada bulan Maulud semua manusia khususnya ummat muslim menyebut, membaca salawat dan mengagungkan nama baginda Nabi Muhammad SAW. Hampir dipastikan juga bahwa tujuannya hanya satu yaitu menggapai hidup, menjalani kehidupan dunia yang sementara menjadi kehidupan yang selamat, bahagia sukses dan barokah dan mengingat, menyadari cobaan dunia yang pasti muncul setiap saat sebagaimana penjelasan al-Quran surat al Mulk ayat 1-2.
Sementara secara teologis umat Muslim sangat mencintai Nabi Muhammad SAW dengan berharap selamat sukses dan bahagia dari dunia hingga akhirat. Doktrin seperti ini wajar karena adanya pesan moral al-Quran bahwa semua yang ada di dunia ini adalah tipuan belaka, fatamorgana serta tidak ada yang abadi kecuali bagi mereka yang bertaqwa (Muttaqin). Untuk itulah al-Quran menyerukan supaya dalam menjalankan kehidupan, ummat muslim khusunya supaya senantiasa meneladani Nabi Muhammad SAW baik dari segi perkataan, perbuatan maupun ketetapan Nabi. Hanya dengan meneladani Beliau kehidupan seseorang dijanjikan akan sukses dan bahagia dari dunia hingga kehidupan akhir nanti secara hakiki, tidak tertipu dan akan bahagia abadi.
Untuk menggapai kehidupan yang bahagia, nyata serta tidak tertipu, Allah SWT dalam surat al-Ahzab ayat 21 menjelaskan supaya menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan, panutan dalam hal ihwal untuk menjalani semua tugas kemanusiaan baik sebagai individu maupun mahluk sosial, tentu termasuk dalam berbangsa bernegara. Dalam ayat tersebut bisa dipahami dengan jelas bahwa kesuksesan hidup ummat muslim dipertaruhkan dengan seberapa mampu ummat muslim menjalankan dan meneladani Nabi ajaran Muhammad SAW.
Pertanyaan berikutnya, siapa atau adakah manusia yang bisa meneladani Nabi Muhammad. Jawabanya tentu sulit dan berat karena bisa dipastikan tidak akan manusia atau ummatnya yang bisa meniru dan meneladani Nabi Muhammad secara utuh dan total kaffah. Sehingga bisa dipastikan bahwa ummat Islam hanya bisa meneladani Nabi, ajaran Nabi Muhammad secara parsial dan itupun hanya dalam bidang tertentu saja yang masih jauh dari kesempurnaan. Meneladani Nabi sesuai kondisi dan kemampuan masing-masing ummat dengan sosio kulturnya.
Kondisi demikian melahirkan pertanyaan lanjutan, siapakah manusia sukses, siapakah ummat yang akan sukses dari dunia hingga akhirat dalam meneladani baginda Nabi Muhammad SAW? Dalam konteks ini, jawabanya bisa diurai antara lain dengan menafsirkan surat al-Ahzab ayat 21, dengan kajian tafsir maudhu’i atau tematik yang belakangan populer di kalangan ahli tafsir kontemporer.
Dalam kajian filosofi, ngaji filosofi dijelaskan bahwa manusia yang sukses dalam meneladani Nabi Muhammad SAW adalah manusia, ummat yang memperhatikan tiga aspek secara hirarki dan sistemik. Ketiganya terintegrasi dalam kepribadian seoarang muslim, yaitu; pertama, ummat muslim yang orientasi hidupnya hanya semata Allah, tidak untuk selain Allah. Kedua, ummat muslim yang meyakini kehidupan ini akan adanya hari akhir sebagai pembalasan semua perbuatan manusia sehingga dalam hidupnya selalu berhati-hati menjalankan aktivitas kemanusiaanya. Dan ketiga, ummat muslim yang selalu, sering menyebut dan memuja Allah semasa hidupnya dengan ritual khusus seperti salat dan lainya. Semua cara tersebut terintegrasi secara komprehensif menjadi kepribadian dan karakter ummat muslim sehingga menjadi budaya tetap di tengah perubahan sosial masyarakat. Allah A’lamu.