Oleh Kiai Hisyam Zamroni*
nujepara.or.id – Berbicara tentang politik sangat menarik, salah satunya tentang ideologi “persahabatan” dalam politik, ada yang patut kita renungkan dan pahami dari Firman Gusti Allah SWT; “Tahsabuhum Jami’an. wa Qulubuhum Syatta.”
Gambaran tentang “perkumpulan” yang kemudian menciptakan persahabatan, idealnya adalah persahabatan “sehati”, “sejati” dan “se-ia se-kata”. Akan tetapi Gusti Allah SWT mengingatkan kepada kita jangan sampai persahabatan itu seperti orang bermain “kartu” atau bermain “jemek”.
Orang bermain kartu atau jemek terlihat tampak berkumpul bersatu dalam satu meja tapi hatinya saling “inceh-incehan”, intai mengintai, curiga mencurigai, dan tidak kompak satu sama lain.
Penggambaran dalam teks al Qur’an itu sangat tepat dan bagus yaitu berkumpul bersama akan tetapi Qulubuhum Syatta = hatinya pecah, intai mengintai dan seterusnya.
Hal ini mudah kita lihat dan gampang sebagaimana dicontohkan pada persahabatan dalam “kepentingan” seperti yang ada di dalam kancah politik, organisasi dan sejenisnya. Mereka yang berada di dalam pusaran politik tampak seperti “kompak” dan satu suara akan tetapi di hatinya syatta atau “pecah” yaitu boleh jadi intai mengintai, lirik lirikan, saling menjatuhkan dan seterusnya.
Model ideologi persahabatan politik seakan akan menjadi lumrah seperti unen-unen; tidak ada persahabatan yang abadi di dalam politik, tetapi yang terjadi adalah musuh abadi. Jika kita contohkan pada pergaulan anak muda muda maka muncul istilah “pagar makan tanaman”.
Nah, kita sudah diingatkan oleh Gusti Allah SWT tentang ketulusan dalam persahabatan sehingga persahabatan tidak lagi hanya sebatas lipstic saja tetapi akan menjadi sebuah harapan baru yaitu persahabatan yang berkualitas dan produktif plus seduluran-selawase.
Semoga Gusti Allah SWT menambah banyak teman, dan menyedikitkan bahkan meniadakan musuh dalam kehidupan kita sehari hari. Aamiin Aamiin Aamiin
*Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara