Oleh Kiai Hisyam Zamroni
nujepara.or.id – Relasi antara “penghambaan” kepada Gusti Allah SWT dan memohon “pertolongan” adalah satu kesatuan sebagaimana termaktub di dalam al Qur’an:
“Iyya-Ka na’budu wa Iyya-Ka nasta’in”
Keterbatasan manusia terekam dalam ayat diatas dimana manusia selalu “menengadah” memohon kepada Tuhan-nya konsekwensi sebagai mahluq.
Proses permohonan harus dilalui dengan keseriusan “beribadah” baik berupa persujudan kepada-Nya, — sebagai bentuk penyembahan, — maupun berupa empati sosial sebagai bentuk dari kasih sayang dan menolong terhadap sesama.
Keyakinan dan kekuatan “beribadah” akan mengantarkan permohonan kita kepada hal hal yang kita inginkan, cita citakan dan kita butuhkan agar dapat terealisasi dengan cepat dan tepat.
Kebanyakan dari kita “selalu memohon” dan minta secepatnya atau instan harus dikabulkan, akan tetapi tanpa diikuti oleh “kepatuhan” kita kepada Gusti Allah SWT dan juga keengganan kita peka dan peduli kepada penderitan orang lain. Mindset seperti ini harus kita rubah dengan satu keyakinan bahwa relasi antara ibadah dan permohonan adalah konsekwensi logis dikabulkannya doa doa kita.
Semoga Gusti Allah SWT memberikan kekuatan untuk rajin beribadah sebagai wasilah terkabulnya doa doa kita. Aamiin Aamiin Aamiin.