Menu

Mode Gelap
Bronze Medal Diraih Mahasiswa UNISNU Jepara pada Japan Design, Idea & Invention Expo 2025 Mahasiswa UNISNU Sabet 2 Emas, Perak dan Perunggu pada Indonesia Challenge Taekwondo Championship 2025 Kemenpora RI Jelajah Turots Nusantara akan Dimulai dari Masjid Menara Kudus Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara

Hujjah Aswaja · 1 Apr 2024 04:56 WIB ·

Ngaji Tematik Ramadhan : Tradisi “Maleman di 10 Hari Akhir Bulan Ramadhan


 Ngaji Tematik Ramadhan : Tradisi “Maleman di 10 Hari Akhir Bulan Ramadhan Perbesar

Oleh : Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara)

nujepara.or.id- Motivasi Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW menghidupkan 10 akhir bulan Ramadhan memberikan “inspirasi cerdas” para Awliya Nusantara dengan membuat “Tradisi Maleman”.

Tradisi “Maleman” adalah sebuah perilaku keberagamaan yang dilakukan oleh kaum muslimin dalam menghidupkan 10 malam terakhir, — khususnya tanggal tanggal ganjil yaitu tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29, — di bulan Ramadhan yang di isi dengan; I’tikaf, Shalat Lailatul Qodar, Shalat Tahajjud, Shalat Tasbih, Shalat Taubat, Shalat Hajat dan Dzikir Istighotsah dalam upaya “branjang” datangnya Lailatul Qodar.

Acara Tradisi “Maleman” menjadi “penanda” bahwa bulan Ramadhan sudah memasuki hari 10 akhir di mana pada jam tengah malam, — pukul 24.00 WIB, — tanpa “dikomando” masyarakat berbondong bondong menuju masjid masjid dan musholla musholla untuk melakukan “Ritual Maleman” yaitu; I’tikaf, Shalat Lailatul Qodar, Shalat Tahajjud, Shalat Tasbih, Shalat Tasbih, Shalat Hajat dan diakhiri dengan dzikir istighotsah untuk munajat kepada Gusti Allah SWT dengan keyakinan penuh bahwa tanggal tanggal ganjil di 10 hari akhir bulan Ramadhan adalah malam 1000 bulan Lailatul Qodar.

Dari sana kita tahu, bahwa perjumpaan “teks agama” dan “penciptaan budaya” memiliki daya “dorong” perilaku keberagamaan yang kontekstual, sistemik, inspiratif dan aplikatif yang terkadang ada orang “salah tafsir” menyatakan bahwa perilaku keberagamaan “Tradisi Maleman” adalah tidak termaktub dalam teks agama padahal “Tradisi Maleman” adalah sebuah “Tafsir Cerdas” terhadap Dawuh Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW tentang menghidupkan 10 hari akhir di bulan Ramadhan yang begitu banyak.

Semoga kita menjumpai Lailatul Qodar melalui “tradisi maleman” yang kita laksanakan.. Aamiin Ya Robbal Aalamiin

Artikel ini telah dibaca 288 kali

Baca Lainnya

Bingung?? Mana Dulu, Aqiqah atau Kurban Dulu, Atau Bersamaan dengan Satu Kambing?

31 Mei 2025 - 12:34 WIB

RA. Kartini : “Ada” Tapi Masih Terlihat Dari Lubang Kecil

20 April 2025 - 13:14 WIB

R.A Kartini Jepara mengajar di Belakang Pendopo Kabupaten Jepara. (Museum R.A Kartini)

Syair Para Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

27 Januari 2025 - 11:52 WIB

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Semangat Kepahlawanan dan Jiwa Altruisme Sosial

8 November 2024 - 15:47 WIB

MWC NU Tahunan Serukan Jaga Kondusifitas Selama Pilkada

2 November 2024 - 13:32 WIB

Trending di Hujjah Aswaja