Menu

Mode Gelap
Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara Angkatan ke-10 PD-PKPNU Resmi Digelar di MWCNU Kalinyamatan Jepara Mantan Rektor UNISNU Dr. Sa’dullah Tutup Usia, Sang Lentera Filsuf Santri Rayakan Harlah ke-79, Muslimat NUYPM NU Cabang Jepara Gelar Gebyar Lomba PAUD dan TPQ

Hujjah Aswaja · 19 Sep 2023 00:22 WIB ·

Ngaji Thematik :Unggah Ungguh Kepada Kanjeng Nabi


 Ngaji Thematik :Unggah Ungguh Kepada Kanjeng Nabi Perbesar

Oleh : Kiai Hisyam Zamroni

nujepara.or.id – Lisan adalah salah satu sarana komunikasi sosial yang memunculkan akhlaqul karimah dalam proses berbicara satu sama lain.. al Qur’an menggambarkannya begitu indah;

“Ya ayyuhalladzina amanu la tarfa’u ashwatakum fawqo showtinnabiyyi, wa la tajharu lahu bil qowli kajahri ba’dhikum li ba’dhin an tahbatho a’malukum wa antum la tasy’urun”

Ayat diatas, memberikan pemahaman tentang konsep komunikasi “unggah-ungguh” dimana proses komunikasi ditentukan oleh “komunikator” yaitu pemberi pesan dan “komunikan” yaitu penerima pesan sehingga komunikasi yang diinginkan tidak hanya memiliki relasi dan interaksi akan tetapi lebih dari itu memiliki nilai dan sikap diantara keduanya yaitu berupa empati, rasa memiliki, saling memahami dan saling menghormati.

Sebagaimana komunikasi apik yang dicontohkan pada ayat diatas yaitu: bagaimana komunikasi antara para sahabat dengan Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW yang menampakkan “sifat unggah-ungguh”. Komunikasi sahabat ditempatkan pada posisi “rasa hormat”, — ukuran teringannya adalah tidak boleh bersuara lantang atau keras melebihi suara, — kepada seseorang yang patut dihormati yaitu, — Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW.

Komunikasi model diatas, membentuk sebuah karakter dan budaya yang keukeuh; pertama, bagaimana sebaiknya dan seharusnya berkomunikasi dengan seseorang diatasnya seperti orang tua, pemimpin, orang yang umurnya lebih tua, guru, ulama, kyai dan sejenisnya. Kedua, bagaimana sebaiknya dan seharusnya berkomunikasi dengan teman sebaya, teman sejawat dan seterusnya. Ketiga, bagaimana sebaiknya dan seharusnya berkonunikasi dengan yang lebih muda, anak kecil dan sejenisnya.

Sungguh, apa yang digambarkan ayat diatas, adalah fenomena komunikasi yang menghasilkan interaksi sosial yang terstruktur secara apik, yang justru sekarang ini orang lebih cendrung berbicara “keras-kerasan” bahkan “nggembar-nggemboran” mencaci maki sana sini di jalan jalan dengan menggunakan speaker, membully dan lain lain sehingga terkesan kita tidak mampu “mengendalikan” lisan yang memang dianggap sumber fitnah dan malapetaka.

Semoga Gusti Allah SWT menjaga lisan kita sehingga terhindar dari bahaya fitnah dan malapetaka. Aamiin Aamiin Aamiin.

Artikel ini telah dibaca 22 kali

Baca Lainnya

Bingung?? Mana Dulu, Aqiqah atau Kurban Dulu, Atau Bersamaan dengan Satu Kambing?

31 Mei 2025 - 12:34 WIB

RA. Kartini : “Ada” Tapi Masih Terlihat Dari Lubang Kecil

20 April 2025 - 13:14 WIB

R.A Kartini Jepara mengajar di Belakang Pendopo Kabupaten Jepara. (Museum R.A Kartini)

Syair Para Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

27 Januari 2025 - 11:52 WIB

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Semangat Kepahlawanan dan Jiwa Altruisme Sosial

8 November 2024 - 15:47 WIB

MWC NU Tahunan Serukan Jaga Kondusifitas Selama Pilkada

2 November 2024 - 13:32 WIB

Trending di Hujjah Aswaja