Menu

Mode Gelap
Haul Sultan Hadlirin Mantingan ke-490, KH. Marzuki Mustamar Ingatkan Berkah Jaga NKRI FATAL! Sekaliber Gus Muwaffiq Kok Mem”Ba’alawi”kan Sanad Keilmuan Mbah KH. Hasyim Asyari (?) Kepahlawanan Ratu Kalinyamat dan Kedigdayaan Maritim Jepara Pj Bupati dan Baznas Jepara Serahkan Beasiswa Kepada Ratusan Santri dan Panti Asuhan Politik Kebudayaan Santri ala KH. Ahmad Fauzan

Hujjah Aswaja · 19 Sep 2023 00:22 WIB ·

Ngaji Thematik :Unggah Ungguh Kepada Kanjeng Nabi


 Ngaji Thematik :Unggah Ungguh Kepada Kanjeng Nabi Perbesar

Oleh : Kiai Hisyam Zamroni

nujepara.or.id – Lisan adalah salah satu sarana komunikasi sosial yang memunculkan akhlaqul karimah dalam proses berbicara satu sama lain.. al Qur’an menggambarkannya begitu indah;

“Ya ayyuhalladzina amanu la tarfa’u ashwatakum fawqo showtinnabiyyi, wa la tajharu lahu bil qowli kajahri ba’dhikum li ba’dhin an tahbatho a’malukum wa antum la tasy’urun”

Ayat diatas, memberikan pemahaman tentang konsep komunikasi “unggah-ungguh” dimana proses komunikasi ditentukan oleh “komunikator” yaitu pemberi pesan dan “komunikan” yaitu penerima pesan sehingga komunikasi yang diinginkan tidak hanya memiliki relasi dan interaksi akan tetapi lebih dari itu memiliki nilai dan sikap diantara keduanya yaitu berupa empati, rasa memiliki, saling memahami dan saling menghormati.

Sebagaimana komunikasi apik yang dicontohkan pada ayat diatas yaitu: bagaimana komunikasi antara para sahabat dengan Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW yang menampakkan “sifat unggah-ungguh”. Komunikasi sahabat ditempatkan pada posisi “rasa hormat”, — ukuran teringannya adalah tidak boleh bersuara lantang atau keras melebihi suara, — kepada seseorang yang patut dihormati yaitu, — Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW.

Komunikasi model diatas, membentuk sebuah karakter dan budaya yang keukeuh; pertama, bagaimana sebaiknya dan seharusnya berkomunikasi dengan seseorang diatasnya seperti orang tua, pemimpin, orang yang umurnya lebih tua, guru, ulama, kyai dan sejenisnya. Kedua, bagaimana sebaiknya dan seharusnya berkomunikasi dengan teman sebaya, teman sejawat dan seterusnya. Ketiga, bagaimana sebaiknya dan seharusnya berkonunikasi dengan yang lebih muda, anak kecil dan sejenisnya.

Sungguh, apa yang digambarkan ayat diatas, adalah fenomena komunikasi yang menghasilkan interaksi sosial yang terstruktur secara apik, yang justru sekarang ini orang lebih cendrung berbicara “keras-kerasan” bahkan “nggembar-nggemboran” mencaci maki sana sini di jalan jalan dengan menggunakan speaker, membully dan lain lain sehingga terkesan kita tidak mampu “mengendalikan” lisan yang memang dianggap sumber fitnah dan malapetaka.

Semoga Gusti Allah SWT menjaga lisan kita sehingga terhindar dari bahaya fitnah dan malapetaka. Aamiin Aamiin Aamiin.

Artikel ini telah dibaca 100 kali

Baca Lainnya

Unisnu Kerjasama Fatayat NU Malaysia Untuk Pengabdian Masyarakat

4 Desember 2023 - 09:55 WIB

Trend Aklamasi, Yulianto Lanjutkan Estafet Ketua Ranting GP Ansor Ngetuk Nalumsari

4 Desember 2023 - 09:42 WIB

Kompak Kader IPNU – IPPNU Kecamatan Nalumsari Rutin Ngaji Aswaja

4 Desember 2023 - 09:36 WIB

Mustaqim Terpilih Sebagai Ketua GP Ansor Pringtulis Nalumsari

4 Desember 2023 - 09:29 WIB

PC Aswaja NU Center Jalin Kerjasama dengan UNISNU

4 Desember 2023 - 08:48 WIB

LTN NU Jepara Gelar Kompetisi Konten Digital Kreatif, Inilah Para Pemenangnya

1 Desember 2023 - 10:33 WIB

Penyerahan hadiah lomba LTN NU
Trending di Hujjah Aswaja