Oleh: Ahmad Rouf
nujepara.or.id- Beberapa tahun lalu, dunia melihat seorang Kiai dari Rembang, datang atas nama pribadi ke Yerussalem, yaitu KH. Yahya Cholil Staquf kini Ketua Umum PBNU. Kehadirannya untuk menyampaikan pesan Rahmah.
Kala itu pesan Rahmah disampaikan dengan cara yang Rahmah. Tak ada caci-maki; tak ada penghakiman pada pihak yang bertikai, tetapi semua yang paham bisa merasakan pembelaan yang jelas pada perdamaian dan rekonsiliasi.
Peristiwa itu membuka mata dan memberi gambaran terang serta memberikan keteladanan tentang mandat membawa pesan yang melampaui keadilan yang diperebutkan dan perdamaian yang dipertarungkan, yaitu pesan rahmah.
Aktualisasi konsep rahmah tidak terbatas ada perdamaian. Lebih dalam dari itu tentang bagaimana mengatur hubungan dengan Allah SWT -hubungan dengan sesama manusia-hubungan dengan alam.
Hal ini sesuai mandat yang diterima Kanjeng Nabi Muhammad SAW, “Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali sebagai rahmat untuk semesta alam”.
Sebagai umat Kanjeng Nabi Muhammad menjadi keharusan mewarisi dan meneruskan apa yang sudah beliau mulai: Pesan rahmatan lil’alamin.
GERAKAN DAKWAH
Sebagai pergerakan yang memiliki core value dakwah, maka dakwah juga harus dimaksimalkan tidak hanya agar ajaran Islam dipahami untuk meraih kebaikan dan keselamatan di dunia dan akhirat saja, namun juga sarana mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam aspek kehidupan. Islam diterapkanberlandas konseprahmatan lil’alamin.
Asep Saeful Muhtadi berpendapat, dakwah adalah segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencana dalam wujud sikap, ucap, dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik langsung atau tidak langsung ditujukan kepada orang perseorangan, masyarakat, maupun golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya dalam proses kegiatan dakwah terdapat dua dimensi besar, yakni dimensi kerisalahan yang mencakup penyampaian pesan kebenaran (bi-ahsan al-qawl) dan dimensi kerahmatan mencakup pengaplikasian nilai-nilai kebenaran (bi-ahsan al-amal).
Dakwah dimensi kerisalahan (bi-ahsan al-qawl) mencoba menumbuhkan kesadaran dalam diri individu ataupun masyarakat tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan hidup yang Islami, sehingga terjadi proses internalisasi nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup.
Sedangkan dakwah dimensi kerahmatan (bi-ahsan al-amal), yakni kajian dakwah yang berupaya untuk mengaplikasikan Islam dalam bentuk yang konkret, menyejahterakan, dan pemberdayaan masyarakat. Dakwah dimensi kerahmatan tidak lagi sekadar mencapai tujuan pada area kognitif atau pengetahuan dan pemahaman mad’u tentang hakikat ajaran Islam, tetapi lebih dari itu dakwah diarahkan pada proses aplikasi nilai-nilai Islam bisa dan bentuk lembaga-lembaga dakwah yang lebih professional, bisa juga dalam bentuk pemberdayaan masyarakat.
GERAKAN KERAHMATAN
Dakwah dimensi kerahmatan dalam konteks pergerakan, yakni upaya mengaktualisasikan Islam sebagai rahmat atau jalan hidup menyejahterakan, membahagiakan, dan sebagainya) dalam kehidupan umat manusia.
Langkah yang dapat ditempuh dalam pergerakan kerahmatan, yaitu 1) Mengoptimalkan fungsi lembaga atau organisasi dakwah formal atau non formal (Tadbir). Tadbir mencakup pula makna institusionalisasi yaitu proses mengubah ajaran Islam menjadi pengamalan, berupa pelembagaan, pengorganisasian serta pengelolaannya, 2) Mempertinggi derajat derajat kesalehan perilaku individu atau kelompok, sehingga dapat memecahkan masalah yang ada di masyarakat (Tathwir). Tathwir mencakup transformasi, maknanya yaitu proses mengubah ajaran Islam menjadi pengamalan berupa pemberdayaan sumber daya manusia, lingkungan hidup, dan ekonomi.
Pergerakan kerahmatan perspektif dakwah dimensi kerahmatan dalam implementasinya dapat mengikuti beberapa prinsip dasar, yaitu 1) Berorientasi pada kesejahteraan lahir dan batu masyarakat luas, 2) Berusaha melakukan rekayasa sosial untuk mendapatkan sesuai perubahan tatanan kehidupan sosial yang lebih baik.
Baik pendekatan Tadbir atau Tathwir dalam pergerakan kerahmatan, tujuannya adalah berusaha untuk memberdayakan masyarakat, melakukan pengembangan-pengembangan pada masyarakat yang intinya untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat Islam, sehingga Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin tidak hanya sebatas slogan belaka, tetapi dapat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat melalui kegiatan dakwah dalam dimensi kerahmatan ini.
(Ahmad Rouf, Ketua Bidang Pengembangan Konten & Penerbitan LTN NU Jepara, Pengasuh Santrenkarya Blingoh, Donorojo, Jepara)
.