Oleh Kiai Hisyam Zamroni*
nujepara.or.id – Tidak terbayangkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW adalah seorang pekerja keras dan menjadi pedagang yang sukses. Hal ini beliau tunjukkan dalam jawaban beliau atas pertanyaan sahabat :
Ayyul kasbi athyab?
Qola : Amalurrojuli biyadihi wa kullu bay’in mabrur (HR. Ahmad)
Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW adalah prototipe ideal dari seorang pekerja keras yang kemudian menjadi pedagang sukses dimana beliau memulai ikut belajar berdagang ke negari syam (sekarang negara syuriah) dengan pamannya Sayyidina Abu Tholib pada usia 12 tahun.
Dalam buku karya Afzalur Rahman yaitu Muhammad As a Trade mencatat bahwa Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW pada usia yang relatif muda yaitu usia 17 tahun sudah menjadi pemimpin kafilah perdagangan, — mungkin sekarang boleh jadi bisa disebut Ketua HIPMI, — melanglang 17 negara seperti memimpin berdagang ke negeri Syam, Yordania, Basra Irak, Bahrain, Yaman dan lainnya. Sehingga menginjak usia 25 tahun beliau menjadi “magnet” para “milyader arab” seperti Sayyidatina Khodijah untuk “bermitra” yang akhirnya mendampingi Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW dalam berdakwah.
Keberhasilan Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW ini, tidak terlepas dari dua hal ; Pertama adalah “personal branding” Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW yang diakui oleh masyarakat arab memiliki pribadi yang “terpercaya” atau “trust” yang sering disebut “al amin”. Modal dasar perdagangan adalah bagaimana “orangnya”, apakah performance – nya meyakinkan atau tidak sehingga menumbukan “rasa” enjoy nyaman, cerah ceria dan bahagia jika bertemu, bergaul dan bertransaksi.
Kedua adalah “character branding” dalam pelayanan kepada pelanggan dimana Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW memiliki karakter yang jujur, amanah, ikhlas dan profesional sehingga pelanggan memberi apresiasi yang positif, baik terhadap barang yang dijual, ditawarkan dan kepada penjualnya.
Realitas tersebut, memahamkan kepada kita bahwa teks hadits diatas adalah sebuah methode berdagang dengan pendekatan proses dan sekaligus hasil di mana prosesnya adalah kemampuan diri atau personal branding dan pelayanan yang berkarakter atau prima yang kemudian akan menghasilkan perdagangan yang kuat dan maju atau mabrur.
Kita, dengan pendekatan “mahabbah” diharapkan tidak hanya “mahabbah bil lisan”, — yaitu melantunkan shalawat, — akan tetapi juga dengan “mahabbah bil hal” yaitu berusaha, bekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam berdagang dengan niatan “itba” kepada Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW seperti untuk menafkahi istri, anak dan mampu berderma, menolong kepada sesama sekaligus untuk dakwah bil mal bagi syiarnya agama Islam.
Semoga Gusti Allah SWT memberikan anugrah kepada kita menjadi orang orang yang memiliki personal branding dan character branding yang baik sehingga kita menjadi seorang milyader yang sakho dermawan.. Aamiin Ya Robbal Aalamiin.