Menu

Mode Gelap
NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 )

Opini · 13 Apr 2021 04:55 WIB ·

Membangunkan Super Power Ekonomi Dunia


 Membangunkan Super Power Ekonomi Dunia Perbesar

Oleh : M Syukron Makmun, Ketua Bidang Sosial Ekonomi PAC GP Ansor Kedung Jepara

Bagaimana membangunkan kekuatan  terbesar atau super power yang dimiliki oleh rakyat? Sebenarnya kekuatan ekonomi terbesar adalah ada di rakyat, tetapi pada kenyataannya rakyat hanya menjadi objek dan sapi perahan  konglomerasi baik lokal, nasional maupun internasional. Dan yang lebih parah lagi adalah adanya para penggila kekuasaan pragmatis.

Sudah menjadi hukum alam bagi siapa saja yang menguasai modal baik secara liquid maupun aset dialah yang akan menjadi raja ekonomi. Di indonesia sempat digagas oleh para tokoh pendiri negeri tercinta ini terkait kekuatan ekonomi kerakyatan melalui koperasi dan berbagai ide miring kerakyatan yang sempat digulirkan oleh komunis.

Tetapi pada kenyataanya impian tersebut belum terealisasi dengan baik, bahkan sempat dinodai dengan tinta merah pertumpahan darah. Banyak faktor sebenarnya yang pasti ujung-ujungnya adalah status quo kekuasaan dengan menciptakan boneka raksasa ekonomi indonesia. Karena kekuasaan adalah bagaimana menguasai ekonomi, dan itulah yang ada di benak para penggila kekuasaan pragmatis.

Situasi seperti ini tidaklah menguntungkan bagi rakyat pada umumnya atau pengusaha menengah ke bawah, karena semua akses keuangan mayoritas diberikan kepada mereka-mereka yang sudah disetting by design untuk mendapatkan kemudahan akses permodalan yang ada di bank-bank nasional dan lokal baik label merah maupun label non merah.

Minimal dengan 3 key performance indicator (KPI), bank-bank disetting dengan dalih aspek prudensial yakni bankable, accountable, dan marketable. Ya iyalah, sudah tentu yang banyak memenuhi kriteria itu pastilah dikuasai oleh konglomerat, atau pihak-pihak tertentu yang memang didesign untuk mewakili kelompok-kelompok penggila kekuasaan.

Penguasa butuh mempertahankan kekuasaan dan pengusaha butuh support penguasa untuk mempertahankan dan memajukan kerajaan bisnisnya, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Tapi pada kenyataannya, negara secara umum sempat tenggelam di bawah kendali para penggila kekuasaan pragmatis dan konglomerat yang naifnya jumlahnya tidak lebih 1% dari populasi penduduk indonesia, faktanya belum ada kekuatan ekonomi kerakyatan yang berprinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Bicara soal rakyat indonesia, kita ketahui bersama ada organisasi yang terbesar yakni NU dengan jumlah jama’ah (rakyat) terbesar di Indonesia. NU adalah organisasi yang strukturnya sudah sangat lengkap dari mulai PBNU sampai ke ranting-ranting, baik secara kelembagaan NU itu sendiri maupun semua banom, lembaga atau lajnah yang ada.

Kenyataan ini menjadi bukti bahwa sampai saat ini NU sebagai organisasi terbesar belum mampu mengambil peluang tersebut dan mewujudkannya demi menjawab berbagai persoalan kesejahteraan warganya serta untuk menopang jalannya organisasi. Saat ini struktur NU di bawah masih banyak yang bergantung dari iuran warganya dan uluran dari donasi berbagai pihak.

Bagaimana jika warga NU dibuatkan sebuah wadah yang berbasis anggota atau dalam hal ini adalah koperasi dengan prinsip dasarnya “dari, oleh dan untuk anggota”, kemudian kita serukan untuk semua warga NU untuk mendaftar jadi anggota, karena sampai kapan pun dan sebesar apa pun usaha yang dibangun bersama, aggota tetap menikmati hasil sebagai pemilik usaha dan bisa lebih merasa handarbeni, serta secara struktural NU tetap memiliki saham terbesar yakni 30% SHU yang dihasilkan menjadi milik NU itu sendiri.

Subhanallah. Kalau 30% dari 1 triliun saja sudah 300 milyar, kalau 100 triliun? Entah jawabannya.

Pertanyan Kang Tukimen, opo yo mungkin dul untung 1 triliun (apa mungkin untung 1 trilyun)? PT Djarum saja setiap tahun untung bersih 16 triliun.

Sekarang, bagaimana ide tersebut bisa terwujud, ya harus ada yang memulai dan secara konsisten serta terus-menerus bergerak membangun kekuatan tersebut secara berjama’ah. Tidak bisa kuat jika ego sektoral kedaerahan atau keorganisasian atau bahkan pribadi masih bercokol dan mendominasi di situ.

Kita bisa bayangkan jika sektor-sektor yang dikuasai oleh konglomerasi lokal, nasional dan internasional tersebut pelan-pelan kita ambil alih secara profesional, berapa triliun perputaran uang dari berbagai sektor usaha makro dan mikro strategis yang bisa kita kuasai dan berapa banyak keuntungan yang bisa dikembalikan kepada warga (anggota) serta NU.

Adapun List-list goal berbagai sektor usaha yang bisa kita bidik di antaranya : 1) Sektor retail, bagaimana NU dan Warga NU memiliki minimal 1 swalayan per kecamatan yang gradenya lebih besar dari Indomaret atau Alfamart. Minimal seperti indomaret atau alfamart point. 2) Dibuat di setiap kabupaten DC (Distribution Center) untuk back up distribusi ke retail-retail yang telah dibentuk. 3) Membentuk perusahaan distribusi produk pabrikasi di setiap kabupaten untuk suplai ke pasar secara umum dan koperasi.

4) Sektor retail menengah ke atas, dibuat minimal 2 atau 3 supermarket di setiap Kabupaten. 5) Menciptakan pabrik produsen energi alternatif pengganti BBM seperti beo-ethanol berbahan dasar singkong, per provinsi bisa ada 5 pabrik (situasional), pangsa pasarnya mayoritas ekspor, karena kadar oktan yang dihasilkan lebih tinggi dari BBM hasil bumi dan hal ini sangat dibutuhkan oleh negara maju di seluruh dunia serta bisa terus menerus diproduksi. 5) Perlahan menyiapkan berbagai skenario mengambil alih lahan-lahan yang sudah dikapling oleh konglomerat. 6) Pelan-pelan menyiapkan pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan anggota terutama yang saat ini dikuasai oleh konglomerat.

7) Membentuk lembaga finansial seperti Bank dan lainnya yg berbasis syar’i dan modal yang digunakan adalah diambilkan dari sebagain SHU 30% NU, sehingga tidak berorientasi murni profit, terutama yang untuk mendukung sektor usaha mikro anggota, sehingga anggota yang butuh permodalan tidak pusing lagi. 8) Membentuk rumah sakit NU yang gradenya bertaraf internasional dan memberikan pelayanan yang tanpa ada pembeda antara yang kaya dan belum kaya, serta memberikan pelayanan gratis bagi anggota. 9) Membentuk Universitas yang bertaraf internasional dengan orientasi riset dan riset, serta mampu memberikan biaya gratis bagi mahasiswanya yang dari keluarga anggota. (*)

Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Akselerasi Khidmah NU dan Keberjamaahan

17 Februari 2023 - 05:47 WIB

Hari Santri Nasional Dan Pembangunan Peradaban

24 Oktober 2022 - 04:21 WIB

Shiddiqiyah : Thoriqoh Yang Mu’tabar (otoritatif) ataukah yang “nrecel” (Keluar Jalur) ?

15 Juli 2022 - 07:58 WIB

Jepara, Investasi Agrobisnis dan Jihad Pertanian NU

30 Mei 2022 - 02:50 WIB

Santri dan Filologi Islam Nusantara

25 April 2022 - 03:21 WIB

Mengurai Kontroversi Zakat Fitrah dengan Uang

25 April 2022 - 03:14 WIB

Trending di Hujjah Aswaja