Oleh: Saiful Basori Al Falany
Masih sangat jelas dalam memori ini, bersalaman nyucup wolak-walik astane Habibana Luthfi bin Yahya dan Romo Kiai Maimun Zubair Sarang seraya membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW dalam lubuk hati yang terdalam seusai mengikuti ceramah beliau dalam sebuah majlis ta’lim.
Waktu nyucup astha beliau-beliau, dielus-eluslah rambut kepala saya, diberilah nasihat beberapa kalimat, dan didoakan oleh beliau. Itu yang membuat hati ini sangat senang. Walau hanya dalam mimpi. Karena saking rindunya kepada beliau yang merupakan Ulama kharismatik, penuh karamah, dan panutan kita semua.
Ya, walau hanya sekadar mimpi. Walau hal ini hanya sekadar mimpi baik, akan tetapi semoga menjadi mimpi yang banyak memberi manfaat, dan doa untuk kami sekeluarga kelak. Untuk kita semua. Amin Ya Allah. Ya Robbal ‘Alamin.
Dalam riwayat Auf bin Malik, Nabi Muhammad SAW membagi 3 kriteria mimpi yang dialami manusia. Pertama, mimpi buruk atau menakutkan yang datang dari setan dan membuat sedih. Kedua, mimpi yang menggelisahkan seseorang ketika terjaga dan terus terbawa dalam mimpinya. Ketiga, mimpi yang menjadi isyarat kenabian (HR Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Majah).
Secara ringkas, hadis dari Abu Hurairah RA menyebutkan, “Mimpi itu ada 3 macam; bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR Bukhari)
Semoga kita semua mendapat loberan keberkahan ilmu, dan doa-doa beliau, sehingga menjadi manusia yang bermanfaat buat keluarga, umat, agama, nusa dan bangsa kita berkat “gendolan Ulama“. Amin. (*)