Oleh Kiai Hisyam Zamroni
nujepara.or.id – “Kampung akhirat” adalah ada yang menguasai dan ada yang memiliki yaitu Gusti Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam al Qur’an :
“Malikiyawmiddin”
Ayat pendek diatas jika kita pahami secara mendalam akan memberikan pantulan kehidupan yang rendah hati, adab ashor dan tidak jumawa.
Kadang manusia mempunyai “kuasa” seakan akan sudah “maha kuasa” yaitu merasa memiliki semua yang dikuasainya sehingga semua yang dikuasai harus mengikutinya dan tunduk kepadanya atau bahasa mudahnya manusia tanpa sadar telah menjelma “macak menjadi Gusti Allah SWT”. Hal ini akan mempunyai konsekwensi sifat yang kurang baik yaitu “sifat sombong” dan “angkuh” karena merasa “maha kuasa”.
Ke-alpa-an manusia ini lah disentil oleh Gusti Allah SWT dengan bahasa yang sederhana bahwa Gusti Allah SWT adalah Sejatinya Yang Maha Memiliki dan Maha Penguasa jagad raya bahkan Pemilik dan Penguasa setelah jagad raya ini dilalui dan tiada yaitu “kampung akhirat” kelak.
Olehnya, kesadaran kita sebagai manusia harus mengokohkan diri kita dan kejati-dirian kita bahwa jangan sampai kita “menciderai” hakekat kemanusiaan kita sebagai hamba yang tanpa “kuasa” dan tanpa “memiliki” apa pun kecuali mendapatkan setetes Kuasa dari Gusti Allah SWT.
Jika kesadaran diri ini tertanam pada diri kita, maka saat kita menjadi pemimpin atau pun penguasa tidak akan pernah terlintas dibenak menyebut dirinya “maha kuasa” dan “maha memiliki” yang berujung akan menjadi pemimpin yang otoriter atau sewenang-wenang.
“Kampung akhirat” ini menjadi “ibroh” bahwa tidak ada satu pun orang yang merasa “berkuasa” dan “memiliki kuncinya kampung akhirat” dan sebagai bukti keterbatasan manusia di mana manusia pada posisi “lemah” yaitu sebagai hamba yang harus tunduk dan patuh kepada “Sang Pemilik dan Penguasa Kampung Akhirat”.
Semoga Gusti Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita, kelak bisa menjadi penghuni “kampung akhirat”. Aamiin Aamiin Aamiin Aamiin.