Menu

Mode Gelap
Reuni Majelis Alumni IPNU-IPPNU Nalumsari: Menjaga Spirit Santri untuk Kemajuan Jepara Bupati Jepara Apresiasi Peluncuran Ruko MWC NU Batealit, Diproyeksikan Sokong Kemandirian Ekonomi Warga Nahdliyin Halal Bihalal Bersama NU, Muhammadiyah, Tokoh Lintas Agama dan Pemkab Jepara, Ini Pesan Rais Syuriah Gus Yatun UNISNU Jepara Gelar Halalbihalal 2025: Ajang Silaturahmi dan Ruang Aspirasi untuk Kemajuan Kampus Solusi Praktis Bayar Zakat Fitrah via Online, Begini Penjelasannya

Hujjah Aswaja · 20 Apr 2025 13:14 WIB ·

RA. Kartini : “Ada” Tapi Masih Terlihat Dari Lubang Kecil


 RA. Kartini : “Ada” Tapi Masih Terlihat Dari Lubang Kecil Perbesar

Oleh : Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara)

nujepara.or.id- RA. Kartini, memiliki daya tarik banyak orang baik dari sisi pola pikir Idealisme maupun Pragmatisme. Satu pertanyaan dari sisi Idealisme yang perlu di jawab; Dari mana kita mampu menempatkan RA. Kartini agar selalu hidup dan menjadi bagian kehidupan? Apakah perubahannya dari pola pikir laki laki? Atau dari pola pikir perempuan itu sendiri? Dari sisi Pendekatan Idealisme menghasilkan teori dan ideologi.

Berbeda dari sisi pendekatan Pragmatisme yang menekankan pada tindakan nyata, efektik dan solutif sehingga tercapai kesetaraan gender.

Dari kedua pendekatan diatas, pintu masuk dalam memahami sosok RA. Kartini membutuhkan kejelian sehingga dalam implementasinya tidak hanya terjebak pada d.ataran teoritis dan ideologis tapi lebih jauh menjadi sebuah tindakan nyata dan solutif. Pertanyaannya adalah; What Can I Do?

RA. Kartini dan Keterpasungan “Diskusi”

Konteks Pendekatan Idealisme dalam memahami sosok RA. Kartini sebagaimana kita baca dan analisis melalui karya karya buku tentang emansipasi wanita seperti Mary Wollstonecraft yang menulis buku; A Vindication of The Rights Of Women (1792) dimana buku ini dianggap salah satu karya pertama yang memperjuangkan hak hak perempuan dalam bidang pendidikan yang setara. Buku The Second Sex karya Simone de Beauvior (1949) yang menyodorkan tentang pentingnya kebebasan perempuan dari penindasan, dan lain lain.

Buku buku diatas, menjadi alat pembedah dalam memahami sosok RA. Kartini sebagai pejuang emansipasi wanita yang menekankan pentingnya perubahan fundamental dalam struktur sosial, politik dan ekonomi untuk mencapai kesetaraan gender.

Kesetaraan sebagai sebuah tujuan utama dalam emansipasi wanita, RA. Kartini menekankan bahwa kesetaraan gender bukanlah hanya tentang memberikan hak hak yang sama tetapi juga tentang menciptakan masyarakat yang adil dan setara.

Perubahan Struktus Sosial dimana RA. Kartini menyerukan perubahan struktur sosial dan budaya yang lebih luas termasuk perubahan dalam norma norma, nilai nilai, peran dan distribusi keluasaan.

Pemberdayaan perempuan dimana RA. Kartini begitu gigih menperjuangkan pentingnya pemberdayaan perempuan melalui pendidikan, kesadaran dan partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan.

Kritik terhadap patriakhi, RA. Kartini dianggap sosok yang berani mengkritik sistem patriakhi yang dianggapnya sebagai sumber penindasan dan keterbelakangan perempuan.

Visi masyarakat yang lebih adil, dimana upaya RA. Kartini menyuguhkan sebuah visi yang revolusioner agar laki laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berpartisipasi aktif baik secara struktural maupun kultural.

Berbeda dengan pendekatan Idealisme diatas, — yang menghasilkan teori dan ideologi fiminisme, — Terdapat Pendekatan Pragmatisme yang diusung oleh intelektual pemerhati perempuan, seperti Ruth Bader Ginsburg yang menulis buku My Own Words (2016). Ginsburg adalah seorang Hakim Mahkamah Agung yang konsen terhadap menperjuangkan hak hak perempuan dan kesetaraan gender. Menarik di baca buku I Am Malala (2013) karya Malala Yousafzi di mana dia menulis tentang perjuangannya untuk hak hak perempuan dan pendidikan di pakistan, dan lain lain.

Kajian pendekatan pragmatis memberikan inspirasi bagi pejuang emansipasi wanita bahwa perubahan dapat dicapai melalui perumusan solusi yang implementatif, tindakan nyata, dan advokasi yang efektif.

Dari sana, kita dapat menganalisis dan memahami sosok RA. Kartini dari pendekatan Pragmatisisme dengan memberikan suguhan yaitu;

Pertama, Fokus pada solusi. Memahami RA. Kartini harus lebih fokus pada menemukan solusi yang efektif dan realitis terhadap masalah masalah yang dihadapi perempuan sehari hari daripada memperdebatkan dan berkutat pada tataran teori dan ideologi.

Kedua, Tindakan nyata. Memahami RA. Kartini harus menekankan tindakan nyata dan kongkret untuk mencapai kesetaraan gebder seperti pendidikan, advokasi, pelatihan pelatihan dan memberi kesempatan yang sama untuk berkiprah menjadi pemimpin dalam lembaga lembaga baik di organisasi masyarakat maupun di struktur pemerintahan.

Ketiga, Kerja-sama. Dalam mewujudkan cita cita RA. Kartini, harus melibatkan banyak orang, lembaga dan berbagai pihak yaitu pemerintah, ormas, dan sektor swasta untuk mencapai kesetaraan gender.

Ke-empat Fleksibilitas. Memperjuangkan cita cita RA. Kartini harus fleksibel dan adaptif dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang ada daripada mempertahankan teori dan dan ideologi yang kaku.

Dari kenyataan diatas, bagaimana dengan sekarang?

Tinggalkan Meneropong RA. Kartini Melalui Lubang Kecil?

“Surat kepada Ny. Abendanon” yang ditulis oleh R.A. Kartini adalah cerminan dari semangat perjuangan seorang perempuan yang hidup dalam keterbatasan, namun memiliki visi jauh ke depan.

Surat ini menggugah dan penuh semangat emansipasi. Dalam kalimat-kalimatnya, Kartini mengekspresikan ketidakadilan yang dialami oleh perempuan pada masanya terkungkung oleh adat, dibatasi pendidikannya, dan dijauhkan dari kesempatan untuk berkembang. Namun, dari keterkungkungan itu, lahirlah semangat dan keberanian untuk melawan.

Pertanyaan retoris di akhir surat “Apakah salah kalau seorang perempuan ingin maju dan memperoleh pendidikan seperti kaum lelaki?” adalah bentuk protes halus namun kuat terhadap sistem patriarki. Ini menunjukkan betapa besar keinginannya untuk meraih kesetaraan, bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk seluruh perempuan Indonesia.

Surat ini tidak hanya menjadi saksi sejarah perjuangan perempuan, tetapi juga masih relevan hingga hari ini, menginspirasi kita untuk terus memperjuangkan hak, pendidikan, dan kesetaraan gender.

Surat sederhana RA. Kartini diatas, memberikan dorongan dan inspirasi kepada kita dalam memahami sosok RA. Kartini tidak boleh hanya diteropong dari “lubang kecil” yaitu mengunakan pendekatan idealisme melaikan harus ditambah dengan pendekatan pragmatisme.

RA. Kartini harus “hidup dan menjelma” dalam laku kehidupan sehari hari baik oleh laki laki maupun perempuan sehingga RA. Kartini akan menjadi “manhaj atau methode” sekaligus “laku” yang harus dijalankan baik secara struktural maupun kultural, artinya kita harus bisa dan mampu meninggalkan meneropong RA. Kartini dari lubang kecil, — seperti hanya memperingatinya secara seremonial, — menggeser dengan meneropong dan memahami RA. Kartini melalui “lubang yang berdaya guna dan berhasil guna” yaitu secara nyata memberikan peluang dan kesempatan yang sama berkiprah di tengah masyarakat baik di pemerintahan, perusahaan maupun ruang ruang publik lainnya.

RA. Kartini adalah Kita dan Kita adalah RA. Kartini.

Artikel ini telah dibaca 117 kali

Baca Lainnya

Gelar JIA di UNISNU, Ajang Kompetisi Sains dan Inovasi Bagi Pelajar Jepara

19 Februari 2025 - 16:14 WIB

Dapur Ngabul Beroperasi, Awali Program Makan Bergizi Gratis di Jepara

18 Februari 2025 - 19:13 WIB

Syair Para Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

27 Januari 2025 - 11:52 WIB

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Semangat Kepahlawanan dan Jiwa Altruisme Sosial

8 November 2024 - 15:47 WIB

MWC NU Tahunan Serukan Jaga Kondusifitas Selama Pilkada

2 November 2024 - 13:32 WIB

Trending di Hujjah Aswaja