Menu

Mode Gelap
Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor Nama 41 Tokoh yang Dilantik Jadi Pengawas dan Pengurus Yayasan RSU Anugerah Sehat Jepara, Berasal dari Berbagai Latar Belakang Isra’ Mi’raj: Relasi Langit dan Bumi Ini Agenda Muskercab 3 PCNU Jepara, Simak Penjelasannya Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati

Islam Nusantara · 27 Jun 2023 01:51 WIB ·

Idul Adha : Menggeser Pola Pikir Beragama “Demonic” menjadi “Etik”


 Idul Adha : Menggeser Pola Pikir Beragama “Demonic” menjadi “Etik” Perbesar

oleh : Kiai Hisyam Zamroni

nujepara.or.id – Idul Adha merupakan moment “keberagamaan” yang memiliki ritual khusus yaitu ritual Ibadah Haji dan ritual Ibadah Kurban. Ibadah Kurban memiliki banyak dimensi yang sudah dielaborasi baik dari sisi spritual, sosial, ekonomi dan lain lain yang sedikit orang menganalisis Ibadah Kurban dipahami sebagai sebuah “respon historis” dari sisi zaman dahulu,  pemberlakuan “manusia” sebagai “obyek kurban” yaitu manusia yang “dikurbankan”. 

Peng-kurbanan “manusia” kepada dewa dewa dan ritual keberagamaan adalah “realitas historis” seperti pada tahun 3500 – 1100 SM Suku Kanaan di Libanon, Suriah dan Yordania meng-kurbankan anak anak sebagai persembahan kepada dewa Muloch, Mesir Kuno yang mempersembahkan gadis suci yang ditenggelamkan di sungai nil yang diperuntukan  kepada  penguasanya, pada tahun 2700 SM – 1450 SM Suku Minoan atau Yunani juga mempersembahkan anak-anaknya untuk para dewa, dan lain-lain. Peristiwa peng-kurbanan “manusia” sebagai sesembahan ini memberikan satu nilai bahwa “agama” atau kepercayaan memiliki “ajaran atau kebiasaan” yang  “demonic”  dan atau tidak ber-perikemanusiaan yang oleh Nabi Ibrahim direspon dan diganti menjadi peng-kurbanan “hewan pemeliharaan”  yang memiliki nilai “etik” yaitu memanusiakan manusia.

Kurban yang ditawarkan Nabi Ibrahim adalah sebuah “respon historis” dari “realitas historis” yang telah dilakukan bahkan sudah menjadi “ritual atau ajaran” oleh kepercayaan – kepercayaan orang terdahulu bahwa harga dan nilai “manusia” bisa menjadi “tumbal” hidup dan kehidupan yang direspon serius  oleh Nabi Ibrahim yaitu mengubah kurban dari “manusia” menjadi “hewan pemeliharaan” atau dengan kata lain menghentikan manusia untuk menjadi obyek yang   dikurbankan dengan menawarkan  ajaran “etik” yaitu memahamkan bahwa agama mengajarkan kebaikan kebaikan dan melindungi harkat martabat manusia yang memanusiakan manusia.

Dari sana kita pahami bahwa “nalar”  Ibadah Kurban adalah nalar “kritik” terhadap pola pikir “agama” zaman dahulu yang menjadikan “manusia” sebagai “obyek kurban”   dengan cara  menggeser  pola pikir keberagamaan dari pola pikir “demonic” menjadi pola pikir “etik”.

“Selamat Hari Raya Idul Adha”

Semoga kita mendapat keberkahan di bulan Idul Adha baik di dunia maupun di akhirat.. Aamiin Aamiin Aamiin.

Penulis: Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Masjid Mantingan adalah Bangunan Hindu, Benarkah?

19 September 2024 - 11:56 WIB

RELIEF MASJID MANTINGAN: OBJEK POST-FACTUM YANG MENJADI SUMBER INSPIRASI

16 September 2024 - 16:18 WIB

Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

10 Juli 2024 - 01:31 WIB

Panembahan Juminah Mantingan, Murid Sunan Jepara yang Ahli Strategi Perbekalan Perang

7 Juli 2024 - 11:20 WIB

Majlis “kopi” an-Nahdhoh Balekambang Salurkan Ribuan Paket Daging Kurban untuk Warga Jepara dan Kudus

22 Juni 2024 - 19:30 WIB

Alhamdulillah, Pengecoran Lantai 3 RSU Aseh Rampung, Rais Syuriah: Kita Punya Tanggung Jawab Organisasi dan Moral Agar Rumah Sakit Ini Bisa Segera Operasional

22 Juni 2024 - 19:04 WIB

Trending di Kabar