Menu

Mode Gelap
Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25) NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 )

Kabar · 10 Nov 2023 09:14 WIB ·

FATAL! Sekaliber Gus Muwaffiq Kok Mem”Ba’alawi”kan Sanad Keilmuan Mbah KH. Hasyim Asyari (?)


 FATAL! Sekaliber Gus Muwaffiq Kok Mem”Ba’alawi”kan Sanad Keilmuan Mbah KH. Hasyim Asyari (?) Perbesar

nujepara.or.id – Islam dalam “perspektif budaya”,  sering dinarasikan dengan apik dan menarik  oleh Gus Muwaffiq, sehingga dakwah beliau pun banyak diterima oleh sebagian warga Nahdhiyin dan masyarakat secara umum, terutama sikap tegas beliau terhadap kelompok-kelompok Islam transnasional (seperti Wahaby-HTI dan semacamnya).

Dan berbicara tentang Islam Nusantara, sudah barang tentu “Narasi Besar” (Grand Narasi) beliau adalah : Merekonstruksi kembali tentang sejarah Walisongo, sejarah berdirinya NU, jejak kultural para Kyai, dongeng dan kisah para wali, sesekali tentang  Mistisisme Jawa (dalam konteks adat dan kebiasaan, ajian, lmu Kanuragan, dan ain-lain).

Namun belakangan sering merembet ke “Silsilah Keilmuan” (mata-rantai Sanad keilmuan Pesantren) dan terlebih Silsilah Nasab Walisongo dan Tokoh Pendiri NU yaitu Mbah KH. Hasyim Asy’ari.

Sanad Keilmuan Dan Eksistensi Santri

Dan baiklah, saya akan fokus dan rendah hati mengoreksi beliau di dua hal yang terakhir : karena ini menurut saya sangat “krusial” bagi Marwah dan kehormatan serta tegaknya “Eksistensi Santri dan Kyai”,  yakni : 1) Sanad Keilmuan Para Santri, dan 2) garis Silsilah Ulama NU dan Walisongo.

Bahwasannya, kebiasaan pendakwah sering mengimla’kan hapalan “silsilah” ( apalagi sampai berpanjang-panjang, dan nyambung sampai ke Rasulullah) itu rasanya sangatlah ladzat di telinga para pendengar (tidak saja orang awam, bahkan  para akademikus pun akan terpukau!).

Kebiasaan yang sering juga dilakukan oleh Al-Ustadz Adi Hidayat dan lain-lain. Dan itulah celakanya : karena terpukau pada hapalan, kita akan cepat “menelan” dan lupa mengkoreksinya.

Gus Muwaffiq mengimla’kan hapalan itu, sudah tidak menjadi rahasia lagi (bahkan rupanya sudah menjadi kebiasaannya).

Namun yang saya cermati, pertama, dalam even pengajian umum di hadapan ketua PWNU Jawa Timur (KH. Marzuki Mustamar), dan kedua : di hadapan ribuan jama’ah Gus Kelik Jamsaren Kediri. Itu yang saya tahu. Selebihnya saya kurang mengikuti secara serius karena menarasikan hal yang sama.

Dari sini saya terkejut dan heran kenapa yang diiklankan ihwal silsilah nasab Mbah KH. Hasyim Asy’ari kok menjadi keturunan Yaman alias menjadi Ba’alawi ? 

Dengan mengimla’kan kepada para Jamaah : dengan redaksi : “Mbah Hasyim diajari Gurune yaitu Mbah Asy’ari, Mbah Asy’ari diajari Gurune Mbah Khoiron alias Mbah Gareng Ngroto Purwodadi, …Mbah Gareng diajari Gurune yaitu Mbah Abdul Wahid Salatiga, ….”, (dan seterusnya sampai ke atas, yang sengaja tidak diungkap di sini biar tidak ikut mempromosikan “kekeliíruan”), hal ini berimplikasi pula bahwa Sanad Keilmuan dan nasab silisilah Mbah Hasyim itu sama.

Namun anehnya, sampai jalur ke atas dan ke atas menyebut Abdul Malik, menyebut Shohib Mirbat, menyebut Ubaidillah yang notabene nasab kaum Ba’alawi keturunan Yaman yang didatangkan pemerintah Hindia Belanda ke Indonesia.

Apakah Gus Muwaffiq tidak pernah menengok catatan nasab dan silsilah yang dipegang para Dzurriyah Walisongo? Ataukah lebih banyak berkhoyal dengan para Habaib sehingga menelan mentah-mentah dawuh Habib Abdurrahman Al-Masyhur dalam Risalah Syamsu-Zhohiroh : sebuah kitab  kontroversial yang didasarkan pada  “asumsi-asumsi” dari Van Den Berg : Sang Oriientais Belanda yang pada akhirnya mengacaukan nasab dan sejarah Walisongo di Nusantara.

Hal ini diperparah lagi dengan pemalsuan makam dan klaim atas sejarah tokoh-tokoh di Nusantara oleh Klan Ba’alawi.

Sekali lagi, Gus Muwaffiq menarasikan kekaburan: 1) catatan nasab dan silsilah Mbah KH. Hasyim yang nyambung ke Rasulullah melaui jalur Abdul Malik, Shohib Mirbath, dan Ubaidillah (klan Ba’alawi) adalah satu hal, dan 2) menganggap hal itu sebagai  mata-rantai Sanad Keilmuan Pesantren adalah kekeliruan yang lain lagi!

Sanad Keilmuan Mbah Hasyim (“Pesantren”)

Para pakar membedakan antara “catatan silsilah” dan “sanad Keilmuan Mbah Hasyim Asy’ari”. Dan itu adakah realita yang kita terima dan dipegang sebagian besar  para santri. Sebagai contoh: Sanad Kitab Shohih Bukhori saya pernah mendapatkannya dari Kyai Hamzah putra Syaikh Juwaini Nuh Tretek, atau saya masih memegang sanad kita Ihya’ dari Syaikh Abdullah Thoyyib Papar (karena 6 bulan mengajji, beliau sudah wafat sanad itu ditulis oleh putranya: Ahmad Suhrowardi).

Jadi Mbah Abdullah Thoyyib dari Gurunya yaitu Syaikh Juwaini Tretek (termasuk nyantri kepada Syaikh Juwaini adalah KH. Asrori Kedinding), Mbah Juwaini dari Syaikh Ibnu Kamal Bin Abdul Jalil, dari :

  • 1. Ro’is Akbar Nahdhotul Ulama: Syaikh Hasyim Asy’ari
  • 2. Syaikh Mahfuzh At-Turmusy
  • 3. Syaikh Sayyid Abi Bakar Syatho Al-Makky
  • 4. Syaikh Sayyid Zaini Dahlan
  • 5. Syaikh Utsman Bin Hasan Ad-Dimyathy
  • 6. Syaikh Abdulloh As-Syarqowi (penulis Syarah Hikam)
  • 7. Syaikh Muhammad Bin Salim Al-Hanafy
  • 8. Syaikh Budairy
  • 9. Syaikh Mula Ibrohim Al-Kurony
  • 10. Syaikh Muhammad Bin Syarif
  • 11. Syaikh Abu Ishaq At-Tanukhy
  • 12. Syaikh At-Taqi Sulaiman bin Hamzah
  • 13. Syaikh Muhammad bin Karim Ad-Dainury
  • 14. Syaikh  Al-Hafizh Abil Faroj Abdul Kholiq Bin Ahmad bin Yusuf al-Baghdady
  • 15. Dari Muallif: Al-Imam Hujjatul Islam Abi Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozaly.

Jika dirunut sampai ke atas, tentu saja Syaikh Imam Ghozaly dari Gurunya yaitu As-Syaikh Imam Haromain, sampai ke atas dan ke atas (“ila Muntaha!”) sampai ke Rasulullah SAW. 

Dari jalur yang lain, Mbah KH. Hasyim Asy’ari pun berguru pada Mbah Kholil Bangkalan. Dan dalam disiplin keilmuan yang lain Syaikh Ahmad Bin Zaini Dahlan mendapat periwayatan keilmuan dari Guru (“As-Syaikh”) yang berbeda.

Itulah kehebatan Tradisi Sanad Keilmuan Pesantren, banyak jalaur sanad ulama yang nyambung ke Rosulullah. Jadi kalau ditulis :

  • 1. Mbah Hasyim Asy’ari
  • 2. Syaikh Kholil Al-Bankalany
  • 3. Syaikh Mahfuzh At-Turmusy
  • 4. Syaikh Nawawi al-Bantani
  • 5. Syaikh Ahmad khatib Sambas
  • 6. Syaikh  As-sayyid Ahmad  bin Zaini Dahlan
  • 7. Syaikh  Ad-Dasuqy (Pemilik Risalah Dasuqy)
  • 8. Syaikh Bajury
  • 9. Syaikh As-Sanusy
  • 10. Syaikh Abduddin Al-Iji
  • 11. Syaikh Imam Fakhrurrozi

Dan jika di teruskan pun sampai Imam Ghozaly, Syaikh Imam Haromain, terus sampai Abul Hasan Al-Asy’ary, terus sampai ke Rosulullah Muhammad SAW.

Silsilah Mbah Hasyim Asy’ari (Wali Songo)

Sekaligus untuk melengkapi kajian kita kali ini, sekaligus meluruskan Kaum Ba’alawi yang mengkaburkan nasab dan Dzurriyah Wali Songo di Nusantara berikut akan dipaparkan secara lengkap silsilah dari pendiri NU : 

  • 1. Mbah Hasyim 
  • 2. Mbah Asy’ari
  • 3. Muhammad Abu Syarwan: Mbah Khoiron (Mbah Gareng Ngroto Purwodadi)
  • 4. Kyai Abdul Wahid Salatiga
  • 5. Sayyid Jumali
  • 6. Sayyid Abdul Alim
  • 7. Sayyid Abdurrahman (Mbah Sambu Lasem/ Mbah Sumohadinegoro)
  • 8. Pangeran Keputran (Sumohadiningrat/ Pangeran Alif)
  • 9. Sayyid Abdul Halim (Pangeran Benowo ke-1)
  • 10. Sayyid Abdulloh (Pangeran Benowo Ke-2)
  • 11. Sultan Hadiwijoyo Pajang (Joko Tingkir, Mas Karebet/ Syaikh Abdurrahman)
  • 12. Sayyid Abdul Aziz (Ki Ageng Kebo Kenongo/ Pengging Tsani)
  • 13. Sayyid Abdul Abdul Fatah (Ki Ageng Pengging Sepuh)
  • 14. Sayyid Ishak (Pangeran Pethak)
  • 15. Sayyid Muhammad Kebungsuan (Syaikh Sutobriz)
  • 16. Sayyid Jamaluddin Akbar (Syaikh Jumadil Kubro)
  • 17. Sayyid Syarif Mahmud/ Mahmudinil-Kubro
  • 18. Sayyid Syarif Jamaluddin Husain
  • 19. Sayyid Syarif Ahmad Al- Kabir
  • 20. Sayyid  Syarif Jamaluddin Al-Bukhory
  • 21. Sayyid Syarif Ali
  • 22. Sayyid Syarif Ja’far
  • 23. Sayyid  Syarif Muhammad
  • 24. Sayyid Syarif Mahmud
  • 24. Sayyid  Syarif Ahmad
  • 25. Sayyid Syarif Abdulloh
  • 26. Sayid Syarif Ali Al-Asyqory
  • 27. Sayyid Syarif Ja’far az-Zaky
  • 28. Sayyid Syarif Annaqy Al Hadi
  • 29. Sayyid Syarif  Muhammad At-Taqy (Al- Jawwad)
  • 30. Sayyid Syarif Ali Ar-Ridho
  • 31. Sayiyid Syarif Musa Al -Kazhim
  • 32. Sayyid Syarif a’far Shodiq
  • 33. Sayyid Muhammad Al- Baqir
  • 34. Sayyidina Husain
  • 35. Sayyidatina Fathimah Az-Zahra 
  • 36. Rosulullah Muhammad SAW.

Poin yang hendak disampaikan sebenarnya hanyalah, sekarang ini waktunya berbenah dan lebih waspada karena adanya sekelompok kaum (bahkan di tubuh NU sendiri yang nyata-nyata telah “memalsukan” makam, serta “mengkaburkan” dan “membelokkan” sejarah). Apalagi banyak sekali chanel dan kanal berita online yang memalsukan nasab dan Dzurriyah Walisongo.*

Oleh : Murtadho Hadi | Penulis Pengurus LTN NU Jepara

Artikel ini telah dibaca 1,052 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25)

5 April 2024 - 15:18 WIB

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara), Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat.

Tidak Pandang Suku, Agama dan Ras, NUPB Jepara Siap Bantu Korban Bencana

31 Maret 2024 - 21:57 WIB

NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang

20 Maret 2024 - 19:56 WIB

Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan?

19 Maret 2024 - 13:50 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (2)

18 Maret 2024 - 23:03 WIB

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Trending di Kabar