Menu

Mode Gelap
Pesan dari Bandungharjo untuk Jepara: Pertebal Cinta Tanah Air Lewat Kirab Merah Putih, Malam Hari Langitkan Doa untuk Bangsa Bersama Habib Umar Muthohar dan Gus Muwafiq Lakpesdam PCNU Gandeng UNISNU Lakukan Riset Dampak Industrialisasi di Jepara Koreksi Master Kalender 2024, Lembaga Falakiyah NU Jepara Pastikan Sesuai Perhitungan Siswi MA Nahdlatul Ulama Tengguli Sabet Harapan 2 Ajang Lomba Esai Se-Jateng dan DIY Garam : “Misi Suci” Yang Sering Terkapitalisasi!

Kabar · 28 Nov 2017 10:15 WIB ·

Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik


 Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik Perbesar

Jepara – KH Ahmad Muwafiq dalam Pengajian Maulid Nabi di Masjid Jamik Al Ikhlas desa Jambu kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara, Selasa (21/11/2017) malam mengutip potongan dalil bahwa nabi adalah uswah hasanah (teladan yang paling baik).
Sebagai panutan katanya umat wajib menyontohnya. Persoalannya, “Apa sampeyan pernah ketemu Nabi kok mau menyontohnya?” tanya dia kepada jamaah yang hadir.
Apalagi dikemukakan kiai yang akrab disapa Gus Muwafiq antara nabi dan umatnya sudah beda zaman. “Nabi tahun 600 kita tahun 2017,” paparnya.
Sehingga menurutnya untuk meniru persis jelas tidak mampu. Meski begitu penceramah berambut gondrong itu menyebutkan rumus ahlus sunnah wal jamaah (aswaja).
Dijabarkan Gus Muwafiq, kiai muda yang familiar dengan humor-homornya bahwa aswaja merupakan cara umat untuk kenal Nabi.
Nabi Muhammad itu berjenggot terus meniru berjenggot, bercelana cingkrang, banyak istrinya lanjut kiai Muwafiq itu hanya qaul jarene (katanya, red). Karena belum pernah sama-sama melihat Nabi.
Kiai nyentik asal Yogyakarta itu pun tidak susah-sudah menganalogikan. “Meniru Rhoma Irama persis pun susah,” tandasnya di halaman masjid jamik.
Ada yang meniru gayanya saja, Mara Karma, namanya. Disebutnya juga ada yang meniru grup dangdutnya, Monata. Tak hanya itu, ada pula yang meniru bentuk rambutnya. Ia menyebut gondrong deso (gondes).
Ada yang meniru berkalung tasbih, pakai gitar tumpul dan ada juga meniru omongannya saja. “Terlallu.” Sontak disambut tawa jamaah.
Maka, kembali ke aswaja bagi dia enak diucapkan tetapi susah dikerjakan. Dalam pengajian yang diguyur hujan lebat itu dirinya membeberkan umat dan Nabi Muhammad hidup di tahun yang berbeda. Umat Muhammad juga bukan penduduk Arab saja tetapi umat islam Indonesia juga termasuk umatnya.
Nabi, jelasnya itu ahlus sunnah, pemilik sunnah. Wal jamaah di dalamnya ada sahabat. Setelah sahabat ada tabiin. Tabiit tabiin yang sangat panjang jika dituliskan. Lalu umat Islam Indonesia ikut siapa?
Gus Muwafiq menjawab umat Islam di Indonesia ialah penderek (pengikut) KH Hasyim Asyari yang jika diurutkan sanadnya sampai kepada Sayyidina Ali.
“Kita itu melakukan sunnah nabi tapi pangkatnya ikut ulama Indonesia,” begitu urainya.
Sunnah nabi itu tetap yang mengalami perubahan, wal jamaah. Misalnya di Arab Nabi memakan kurma maka cukup dengan tangan. Sedangkan di Indonesia makan soto, jika hanya pakai tangan, kata dia tangannya kepanasan.
Dirinya juga menyontohkan hal lain. “Di Arab kurban pakai onta. Di sini pakai kerbau dan sapi. Kok ada yang memaksa kurban pakai onta ya dicekal Polisi,” guyonnya.
Dalam paparan kiai yang juga paham sejarah itu disampaikan Nabi bukan sosok yang tegolong kaku. Hal baru dari sahabat tidak dituduhnya bidah maupun penyebar aliran model anyar (baru, red) maupun sesat.
Contoh dia, dulu di kalangan sahabat jika terlambat jamaah ada kode jari tangan yang diangkat sehingga sahabat harus mengebut rekaat yang tertinggal hingga bisa salam dengan Nabi.
Lama kelamaan masih menurutnya seorang sahabat Ubai bin Ka’b saat telat tidak ngebut tetapi di tambah sendiri usai Nabi salam.
“Benar Ubai kamu membuat hal baru dalam shalat?” tanya Nabi usai dituduh para sahabat.
Ubai bin Ka’b pun klarifikasi jika harus mengebut rekaat yang tertinggal terasa kewalahan dan tidak khusuk. Mendengar jawaban itu Nabi tandas Gus Muwafiq malah menyuruh sahabat untuk meniru shalatnya.
“Sejak itu makmum yang telat menambahi kekurangannya sendiri usai Nabi salam. Inilah teladan Nabi kepada sahabat yang begitu indah,” tandas Gus Muwafiq. (sm)

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Gebyar Maulid Nabi Muhammad SAW, sebagai Ajang Kreativitas Kader IPNU-IPPNU Petekeyan

22 September 2023 - 10:11 WIB

Catatan Silaturahmi PCNU-MWCNU-PBNU Se-Eks Karisidenan Pati bersama KH Yahya Cholil Staquf

22 September 2023 - 01:17 WIB

Haul Sayyid Muhammad bin Syekh bin Abdurrahman bin Yahya, alias Mbah Daeng

22 September 2023 - 00:29 WIB

Ketua Lakpesdam PCNU Jepara, Terpilih Jadi Anggota Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

19 September 2023 - 08:16 WIB

Pesan dari Bandungharjo untuk Jepara: Pertebal Cinta Tanah Air Lewat Kirab Merah Putih, Malam Hari Langitkan Doa untuk Bangsa Bersama Habib Umar Muthohar dan Gus Muwafiq

8 September 2023 - 01:54 WIB

Mas Wiwit dan Dandim 0719/Jepara Letkol Inf Husnur Rofiq menyapa warga saat Kirab Merah Putih di Desa Bandungharjo, Donorojo, Jepara, Kamis (7/9/2023).

Habib Lutfi Bersama Mas Wiwit dan Ribuan Warga Kirab Merah Putih Sejauh 4 Km, Ada Ribuan Doorprize

5 September 2023 - 01:29 WIB

Flier Kirab Merah Putih dan pengajian umum yang bakal dihadiri Habib Luthfi, Habib Umar Muthohar dan ribuan warga yang diprakarsai Mas Wiwit, panggilan akrab Witiarso Utomo.
Trending di Hujjah Aswaja
%d blogger menyukai ini: