Menu

Mode Gelap
Ribuan Warga Ikuti Sepeda Santai Harlah NU ke-102 di Desa Bulungan Live : Muskercab Ke-3 PCNU Jepara Video Full : Resepsi Peringatan Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama Fenomena Minuman Keras di Jepara, Antara Wisata Halal dan Tantangan Regulasi Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor

Kabar · 3 Agu 2019 07:24 WIB ·

Nguri-nguri Majelis Asma’ul Husna, Tinggalan KH Muhammad Afif Zubaidi


 Nguri-nguri Majelis Asma’ul Husna, Tinggalan KH Muhammad Afif Zubaidi Perbesar

Majelis Asmaul Husna adalah warisan KH Muhammad Afif Zubaidi.

nujepara.or.id – Lantunan kalimat thayibah terdengar cukup nyaring. Para jamaah terlihat begitu khusyu’ melantunkan Asmaul Husna. Uraian air mata juga mengiringi untaian doa yang dibaca oleh pimpinan majelis. Ada ketentraman yang bersemayam saat mengikuti majelis. 

Itulah sedikit gambaran Majelis Asmaul Husna Desa Banjaragung Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Setiap malam Jumat Wage di mushalla Darul Musyawaroh diselenggarakan pembacaan wirid Asmaul Husna. Kegiatan religi tersebut terbuka untuk umum. Tidak hanya masyarakat sekitar, acara itu juga diikuti masyarakat dari luar daerah. Majelis tersebut sudah berjalan sejak puluhan tahun lalu.

Adalah K.H. Muhammad Afif Zubaidi sebagai perintis Majelis Asmaul Husna. Beliau adalah pendiri Pesantren Darul Musyawaroh pada awal 1970-an. Malam Jumat Wage merupakan waktu yang dipilih sebagai hari pelaksanaannya. Bagi masyarakat waktu itu, penggunaan hari pasaran Jawa lebih mudah diingat sebagai penanda. Setelah meninggal, kegiatan rutin itu dilanjutkan oleh para putranya, terutama K.H. Burhan dan K.H. Jauhar Hakimudin Afif.

Sebelum acara dimulai, pada sore hari, para santri melantunkan Kasidah Shalawat Burdah, karya Imam al-Bushiri. Acara selesai menjelang maghrib dan dilanjutkan shalat berjamaah. Usai salat berjamaah para jamaah diajak membaca kalimah thayibah yang meliputi wirid setelah salat, tahlil, ratib al-Hadad, dan ditutup pembacaan Asmaul Husna serta doa.

Acara dilanjutkan dengan salat Isya berjamaah dan pembacaan Maulid Simtuddurar karya Habib Ali al-Habsyi. Pembacaan maulid dikondisikan rapi dan tertib sebagaimana penyelenggarakan di kalangan para habib (habaib), durriyah rasul. Pada saat mahalul qiyam ada santri yang menghampiri jamaah untuk mengoleskan wewangian berupa minyak dan asap kayu gaharu. Alhasil, aroma yang khas menjadikan suasa majelis lebih khusyu’.

Di sela-sela pembacaan shalawat, ada mauidhah hasanah yang disampaikan oleh habaib atau pengasuh pesantren. Tema-tema yang disampaikan merupakan refleksi atau renungan yang bersifat menyadarkan. Semisal kesadaran atas pemanfaatan waktu atau umur, amal perbuatan yang merugikan, fadhilah wirid, dan masih banyak tema-tema lainnya.

Misalnya pada malam itu, Kamis (2/8/2019) malam, Gus Qodam, salah seorang putra dari pengasuh pesantren menyampaikan keutamaan puasa di bulan Dzulhijjah. “Ada kesunahan puasa dengan fadhlilah (keutamaan-red) yang besar mulai tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah,” paparnya di hadapan jamaah.

Ratusan jamaah mengikuti acara rutin Majelis Asmaul Husna.

Berubah

Jumlah jamaah yang mengikuti Majelis Asmaul Husna mencapai ratusan. Secara umum jumlah tersebut tidak sebanyak ketika masih dipimpin oleh K.H. Afif Zubaidi. Tentu ada banyak faktor, misalnya tidak adanya kaderisasi dari para jamaah untuk mengajak anak atau tetatangga. Dan faktor lain yang tidak dapat diabaikan adalah mobilitas masyarakat yang semakin kompleks. Bisa jadi karena kesibukan pekerjaan atau urusan yang lain, mengakibatkan masyarakat belum dapat istiqamah hadir di majelis.

Rata-rata mereka yang hadir adalah para orangtua atau wali dari anak-anak mereka yang belajar di pesantren, para alumni santri, atau siapa pun yang memiliki ikatan dengan K.H. Afif dan pesantren. Bagaimana pun kondisi yang terjadi, para penerus, terutama keluarga mengupayakan agar majelis peninggalan dari pendiri pesantren dapat tetap lestari.

Kegiatan Asmaul Husna pada bulan berikutnya awal September diselenggarakan bersamaan dengan haul pendiri Pesantren Darul Musyawaroh, K.H. Muhammad Afif Zubaidi. Acara diselenggarakan pada Sabtu, 7 September 2019 di kompleks pesantren. Sebagai mauidhah hasanah adalah Habib Umar Muthohar dari Semarang. (M. Dalhar)

Artikel ini telah dibaca 76 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ribuan Warga Ikuti Sepeda Santai Harlah NU ke-102 di Desa Bulungan

9 Februari 2025 - 18:37 WIB

Produsen Miras Jadi Sponsor Event, Pengkhianatan Komitmen Pemberantasan Miras di Jepara

6 Februari 2025 - 20:13 WIB

Fenomena Minuman Keras di Jepara, Antara Wisata Halal dan Tantangan Regulasi

5 Februari 2025 - 22:32 WIB

Munculnya Organisasi Berlabel NU, Aspirasi atau Fragmentasi?

3 Februari 2025 - 17:57 WIB

Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor

30 Januari 2025 - 20:19 WIB

Nama 41 Tokoh yang Dilantik Jadi Pengawas dan Pengurus Yayasan RSU Anugerah Sehat Jepara, Berasal dari Berbagai Latar Belakang

27 Januari 2025 - 21:34 WIB

Trending di Kabar