JEPARA- Bulan Sya’ban menjadi momentum yang tepat untuk menunjukkan dan membumikan tradisi Nahdlatul Ulama (NU). Oleh karenanya warga nahdliyin perlu mengingat dan melaksanakan tradisi-tradisi yang dilakukan di bulan tersebut. Hal itu sebagaimana yang disampaikan KH Akhirin Ali dalam khutbah Jumat (13/5) di masjid kampus Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara.
Sudah menjadi kebiasaan warga nahdliyin, saat Sya’ban menggelar upacara-upacara pengiriman doa untuk arwah. Kegiatan yang akrab dengan sebutan ruwahan itu dilakukan di hampir seluruh pelosok desa-desa tempat tinggal warga NU.
Kiai Akhirin Ali menjelaskan, di Bulan Sya’ban ini para ahli kubur menyambut gembira apabila mereka dikirimi sedekah oleh ahli warisnya. Bahkan para malaikat juga dengan senang hati mengirimkan sedekah ahli wari yang dikirimkan kepada ahli kubur. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam kitab Washiyatul Musthafa.
Menurutnya, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengirimkan sedekah kepada ahli kubur atau arwah kaum nahdliyin sebagai salah satu tradisi NU selama ini. Di antaranya menggelar kegiatan arwahan yang dilakukan di rumah masing-masing dengan mengundang kerabat dan sanak tetangga sekitar rumah. Ada juga yang menggelar kegiatan secara terorganisir, yakni arwahan massal dengan mengumpulkan sedekah warga di suatu kelompok permukiman kemudian dilakukan pembacaan tahlil dan doa bersama untuk para arwah. Tradisi itu kerap digelar saat Sya’ban.
“Bahkan sebagian masyarakat mengumpulkan dana sebagai sedekah bagi ahli kubur melalui mushala dan masjid. Cara itu lebih tepat untuk kemaslahatan umat, karena dana yang terkumpul akan digunakan untuk kemajuan tempat ibadah maupun kepentingan ummat”, tandas kiai yang juga menjabat dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Unisnu itu.
Lebih lanjut ia mengungkapkan tradisi-tradisi tersebut menjadi agenda rutinan warga nahdliyin. Ia juga membagi warga nahdliyin dari tiga aspek. NU dilihat sebagai jamiyah, NU sebagai jamaah dan NU sebagai jamiah. Kalau kita menemukan seseorang yang memiliki kartu anggota NU, maka itu adalah NU sebagai jamiyah (organisasi-red). Sedangkan kalau kita menjumpai seseorang yang mengerjakan amalan-amalan ciri khas NU, maka itu ialah NU sebagai jamaah. Terakhir, ketika kita menemui seseorang yang mengabdi di perguruan tinggi NU, itu adalah NU sebagai jaamiah.
Di pengujung penyampaian khotbah, Kiai Akhirin juga mengajak untuk senang dalam menyambut Bulan Suci Ramadan yang dalam waktu dekat akan tiba. Hal itu disampaikan sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Saw, bahwa barang siapa yang ikut senang menyambut Bulan Ramadan, maka dia akan diharamkan masuk neraka. (az)