nujepara.or.id – Masyarakat biasa menyebutnya dengan Mbah Dullah Balekambang Jepara. Nama lengkapnya adalah Abdullah Hadziq bin Hasbullah. Ibunya bernama Su’adah binti Ilyas bin Muhammad Tasmin Ngroto bin Kiyai Pupus Pati (catatan silsilah dari keturunan Mbah Tasmin). Selain dikenal dengan wara’ dan zuhud-nya, mbah Wali yang wafat pada 10 Ramadhan (1985 M) ini juga dikenal dengan sifat tawadhu’-nya.
Wara’ adalah menjauhkan diri dari dosa, maksiat dan perkara syubhat; Zuhud adalah melepaskan hati dari pengaruh dunia; dan tawadhu’ adalah rendah hati
Makam Mbah Dullah Balekambang berada di belakang Masjid Penggung Desa Gemiring Lor, Nalumsari, Jepara. (Foto: Istimwa)
Mbah Wali kalau melaksanakan shalat Jum’at (di Masjid Penggung) itu lebih sering duduk di serambi dekat bedug bersama anak-anak kecil.
“Nik Jum’atan manggone nok buri, nok ngisor bedug, awor cah cilik-cilik,” cerita mbah Ali Supaat, salah satu warga Balekambang, pada saya.
Biar pun dikenal sebagai orang alim dan mempunyai banyak santri, sampai akhir hayatnya mbah Wali belum juga berkenan membacakan khutbah Jum’at di masjid Penggung, Beliau lebih memilih menjadi mustami’ (pendengar) saja.
“Nik salah, engko bati diguyu. Aku tak ngrungokno wae, upomo engko ono khutbah sing salah aku iso ngilingake,” jawab mbah Wali saat diminta untuk mengisi khutbah di masjid Penggung, seperti yang diceritakan oleh Kiai Asnawi Penggung.
Hari ini, Kamis pon, 10 Ramadhan 1442 (22/04/21) adalah haul mbah Wali yang ke-36. Semoga kita semua mendapatkan keberkahan dan bisa meneladani sifat tawadhu’ beliau, Amiin.
اللهم اعل درجاته فى الجنة وانفعنا به فى الدارين، وله الفاتحة…
Oleh : Kharor Abdillah, alumnus dan dewan asatid Pesantren Balekambang Jepara