Menu

Mode Gelap
Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU Dimakamkan di Mayong, Ini Kisah Raden Ayu Mas Semangkin Sang Senopati Perang Lereng Muria Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

Opini · 14 Agu 2019 07:40 WIB ·

Mbah Moen Wali Ghouts


 Mbah Moen Wali Ghouts Perbesar

Oleh : Muhammad N. Faizin,
Jama’ah Majelis Soko Jeporo

Semalam dapat pencerahan menarik dari Gus Halimi Jombang, salah satu guru saya yang rutin setiap Selasa Kliwon, Majelis Soko Jeporo. Beberapa hal yang perlu saya tanyakan kepada beliau, yang kebetulan sangat dekat secara langsung juga secara ruhani dengan Mbah Moen. Saya menanyakan perihal kategori Wali apa beliau Simbah Maimoen Zubaer. Dan Gus Halimi menjawab, “Mbah Moen termasuk Wali Ghouts,” kata Gus Halimi.

Coba kita runtut apa definisi Wali al Ghouts, yakni Wali yang sangat paripurna, derajat yang tinggi. Ia memimpin dan menguasai para Wali di seluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang pada tiap masanya. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.

Ada hikmah dan kesimpulan, bahwa Simbah Maimoen Zubair derajatnya adalah Wali Qutub al Ghouts pada zamannya dan (bahkan) lintas masanya sehingga beliau wafat, dan Wali yang menggantikan adalah Wali Al Ghouts berikutnya, yang menyesuaikan zamannya. Tentunya wali Ghouts bisa lebih modern dan lebih muda dari Mbah Moen. Siapa pun itu, semoga pengganti Mbah Moen pastinya mampu membimbing umat secara universal, bukan parsial seperti Mbah Maemoen.

Dalam dialog semalam seusai istighosah, ada kesimpulan hebat yang membuat saya terkesima. Bahwa Mbah Maimoen itu salah satu ulama’ yang ‘alim juga ahli hikmah yang istiqamah. Setiap zikir dan do’anya dampaknya sudah dirasakan meluas seantero dunia. Adapun ahli hikmah kelas paling rendah, zikir dan do’anya paling tidak bisa memberikan dampak pada umat yang berada di radius 200 m2 disekitar tempat ia berzikir dan berdo’a.

Sedikit mengutip dalil :
إذا مات العالم بكت عليه أهل السموات والأرض سبعين يوما

“Ketika seorang ‘Âlim wafat, semua penghuni langit dan bumi menangisi kepergiannya selama 70 hari”.

Itu benar dan bisa kita rasakan, sang Wali Ghouts itu Mbah Moen ketika “kapundut” membuat semesta alam turut bersedih atas kepergiannya di bumi ini. Kita bisa lihat bahwa langit Kota Makkah mendung dan hujan. Ketika tim medis dan dokter menyatakan meninggal pada pukul 04.17 WAS. Mendung dan hujan sejak subuh, mengiringi hingga proses pemakaman beliau di Jannatul Ma’la.

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه وأحسن نزله وارض عنه
واجعل يا رب قبره مملوءا بنور وسرور وبهجة وحبور
اللهم أجرنا في مصيبتنا واخلف لنا خيرا منها. له الفاتحة.

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

The Root of The Peak dalam Konsep Keilmuan

7 Juni 2024 - 11:08 WIB

Akselerasi Khidmah NU dan Keberjamaahan

17 Februari 2023 - 05:47 WIB

Hari Santri Nasional Dan Pembangunan Peradaban

24 Oktober 2022 - 04:21 WIB

Shiddiqiyah : Thoriqoh Yang Mu’tabar (otoritatif) ataukah yang “nrecel” (Keluar Jalur) ?

15 Juli 2022 - 07:58 WIB

Jepara, Investasi Agrobisnis dan Jihad Pertanian NU

30 Mei 2022 - 02:50 WIB

Santri dan Filologi Islam Nusantara

25 April 2022 - 03:21 WIB

Trending di Hujjah Aswaja