Menu

Mode Gelap
Hadir di Lirboyo, Gus Yahya: Islah PBNU Telah Tercapai Disini Rajab, Saatnya “Mremo” Amal Kebaikan di Bulan yang Mulia Bahtsul Masail Tingkat Mahasiswa Se-Jawa Tengah digelar di UNISNU, Soroti Kontroversi Terkait Hukum dan Politik Aliansi Santri Jepara Desak Komdigi dan KPI Cabut Izin Trans7, Buntut Tayangan yang Lecehkan Pesantren Visiting Lecturer di Negeri Tirai Bambu, Aprilia Wakili UNISNU Jepara Kenalkan Wisata Bahari Indonesia

Kabar · 24 Apr 2022 13:33 WIB ·

Masjid Wali Loram Kulon: Jejak Syiar Islam Sultan Hadlirin di Kudus


 Masjid Wali Loram Kulon: Jejak Syiar Islam Sultan Hadlirin di Kudus Perbesar

Oleh: Khanif Hidayatullah

nujepara.or.id- Sultan Hadlirin adalah seorang ulama dan pemimpin Kesultanan Kalinyamat Jepara pada abad 16. Suami dari Ratu Kalinyamat tersebut merupakan seorang pangeran yang berasal dari negeri seberang. Di Pulau Jawa, Sultan Hadlirin belajar agama Islam dengan Syekh Ja’far Shodiq atau yang dikenal sebagai Sunan Kudus.

Gelar ‘Hadlirin’ yang disandang Sunan Kalinyamat berasal dari kedatanganya dari negeri seberang, menetap dan tinggal di Pulau Jawa. Asal-usul mengenai Sultan Hadlirin mempunyai berbagai versi. Diriwayatkan bahwa, nama dari Sultan Hadlirin adalah Pangeran Toyib. Pada masa muda ia mengembara hingga ke negeri Cina. Pangeran Toyib bertemu dengan Cie Hwi Gwan yang kemudian menjadi ayah angkatnya. Pangeran Toyib beserta ayahnya berlayar ke Pulau Jawa. Pangeran Toyib menikah dengan Ratu Kalinyamat yang berkuasa di wilayah Jepara kemudian keduanya memimpin bersama daerah kota pelabuhan tersebut. Ayah angkatnya menjadi seorang mangkubumi yang bergelar Patih Sungging Badar Duwung.

Versi selanjutnya menyatakan, Pangeran Toyib adalah seorang putera dari Ali Mukhayat Syah seorang raja dari Kesultanan Aceh. Kegemaran belajar, menjadikannya melakukan pengembaranya hingga Demak Bintoro di Jawa. Seiring waktu kemudian Pangeran Toyib menikah dengan Ratu Kalinyamat dan menjadi pemimpin di Jepara.

Menurut riwayat lain, Pangeran Kalinyamat adalah seorang pedagang Tionghoa yang bernama Chi Bin Thang (Juragan Wintang). Pada suatu ketika kapalnya yang membawa berbagai komoditas perdagangan mengalami karam dan terdampar di Jungmara (Jepara). Wintang kemudian menjadi Islam dan mempelajari ilmu agama kepada Sunan Kudus.

Ia Kemudian mendirikan sebuah pemukiman yang dikenal dengan Desa Kalinyamat. Desa Kalinyamat pada masa Ki Kalinyamat berkembang secara signifikan. Melihat hal tersebut, penguasa Kesultanan Demak Sultan Trenggono memberikan legitimasi kekuasaan kepada daerah Jepara. Sunan Kalinyamat menjadi menantu dari Sultan Trenggono, menikah dengan Retna Kencana yang kelak dikenal sebagai Ratu Kalinyamat.

Pada masa awal penyebaran Islam, muslimnya para adipati-adipati di pesisir utara Jawa turut serta berdampak baik terhadap perkembangan syiar Islam pada abad 16. Sunan Kalinyamat sebagai pemimpin dan ulama yang luas wilayah meliputi Jepara, Pati, Rembang, Juana, tentu kiranya mempunyai pengaruh yang penting bagi masyarakat.

Sultan Hadlirin dalam melakukan dakwah Islam melalui pendekatan akulturasi budaya. Masjid Wali yang berada di desa Loram Kulon yang berada di Kabupaten Kudus menjadi warisan sejarah penyebaran agama Islam oleh Sultan Hadlirin.

Bangunan Masjid Wali Loram Kulon mempunyai gaya estetika tersendiri. Pusat penyebaran agama Islam yang berada di wilayah timur aliran sungai Gelis tersebut mempunyai gapuro tiga pintu yang mengandung arsitektur khas kerajaan Jawa. Kecerdasan Sultan Hadlirin tersebut akhirnya disukai dan menjadi daya tarik bagi masyarakat. Pelan-pelan masyarakat mulai belajar agama Islam. Selain hal itu, Sultan Hadlirin juga menciptakan pendekatan budaya seperti halnya Ampyang maulid, Kepelan, Nganten mubeng gapuro. Dakwah Islam tersebut lebih mudah dipahami oleh masyarakat, hingga hari ini warisan tradisi Sultan Hadlirin dalam menyebarkan Islam masih dilestarikan.

Pada puncak kejayaanya, Kesultanan Kalinyamat mempunyai luas wilayah dari Jepara, Pati, Kudus, Rembang, Alas Mentaok (Mataram), hingga Pulau Bawean. Tampuk kekuasaan setelah Sultan Hadlirin wafat, kemudian dilanjutkan oleh istrinya yaitu Ratu Kalinyamat. Pada 1559, Ratu Kalinyamat mendirikan masjid di bukit Pamantingan, satu kompleks dengan makam suaminya. Masjid tersebut kemudian menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jepara. Hingga hari ini masjid tersebut dikenal dengan Masjid Astana Sultan Hadlirin.

Sebagai seorang Bupati muslim di pesisir utara Jawa, Sultan Hadlrin mempunyai pengaruh besar dalam penyebaran dan pengembangan ajaran Islam. Pangeran dari negeri seberang tersebut dalam perjalanan hidupnya telah mendedikasikan hidupnya bagi kehidupan. Kelak ia kemudian oleh masyarakat dikenal sebagai Sunan Hadlirin/Sultan Hadlirin. Dakwah Islam yang dilakukan Sultan Hadlirin melalui pendekatan tradisi dan budaya menjadikan Islam mudah diterima oleh masyarakat luas dengan ramah dan damai.

(Khanif Hidayatullah, anggota Yayasan Pelestari Sejarah dan Budaya Jepara. Tinggal di Welahan)

Artikel ini telah dibaca 215 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mostbet AZ üzərindən idman mərci yerləşdirmə qaydası və strategiyaları

26 Desember 2025 - 12:58 WIB

Master Casino Glory Demo Games for Learning Basics Effectively and Quickly

26 Desember 2025 - 12:14 WIB

Hadir di Lirboyo, Gus Yahya: Islah PBNU Telah Tercapai Disini

25 Desember 2025 - 19:49 WIB

Mostbet lisenziyasının nömrəsini haradan yoxlamaq olar: Addım-addım bələdçi

25 Desember 2025 - 18:43 WIB

Rajab, Saatnya “Mremo” Amal Kebaikan di Bulan yang Mulia

21 Desember 2025 - 19:55 WIB

Ustadz Miqdad Sya'roni

Hj. Nur Istiqlaliyah Kembali Nahkodai Muslimat NU Bangsri Periode 2025-2030

21 Desember 2025 - 19:34 WIB

Hj. Nur Istiqlaliyah Kembali Nahkodai Muslimat Bangsri
Trending di Headline