Mendidik Anak Beriman dan Kuat Puasa
Oleh Maswan*
ORANG-orang yang kuat berpuasa untuk menahan makan, minum dan hawa nafsu pada siang hari, hanya dilakukan oleh mereka yang beriman. Ada paradigma, bahwa orang yang tidak mempunyai keimanan kepada Allah, dijamin tidak akan kuat menjalani puasa Ramadan sebulan penuh.
Untuk mengetahui kadar keimanan seseorang, selain mampu menegakkan shalat lima waktu sehari semalam, juga sangat terlihat jelas pada amaliah ibadah puasa pada Bulan Ramadan. Dua rukun Islam tersebut, tidak dapat dimanipulasi dan direkayasa dalam uji kompetensi keimanan seseorang. Tidak seperti rukum Islam yang lain seperti zakat dan haji, asal mempunyai kekayaan atau harta cukup, maka membayar zakat dan pergi haji dapat berjalan.
Sebagai hukum wajib, puasa bulan ramadhan bagi ummat Islam yang sudan memenuhi persyaratan berpuasa, maka tidak dapat ditawar untuk tidak dilakukan. Seberat apapun, karena hal ini menjadi sebuah kewajiban, maka harus dilakukan oleh umat Islam, sebagai kelengkapan syarat rukun Islam. Dan kata kuncinya, adalah dari kekuatan iman, malu pada diri sendiri dan kepada Allah Swt, jika tidak berpuasa.
Fenomena yang kita lihat di masyarakat banyak yang beragama Islam, secara psikis dan phisik mampu berpuasa, tetapi mengapa mereka tidak menjalankan puasa? Jawabannya, karena mereka kehilangan jati diri sebagai orang yang lemah iman, dan akhlaknya kurang baik. Dari jawaban tersebut, mengapa mereka kehilangan jati diri keimanan dan akhlak yang kurang baik? Karena, sejak kecil mereka tidak mendapat pembinaan agama dan pendidikan spiritual dari para orang tuanya?
Menanamkan Keimanan
Untuk menanamkan keimanan seseorang harus dimulai dari proses pendidikan sejak dini dalam kehidupan keluarga. Untuk menjadi orang yang beriman tidak serta merta muncul saat orang sudah dewasa. Justru di dalam diri bayi, yang masih suci bersih inilah torehan dasar-dasar keimanan oleh orang tuanya sangat menetukan. Anak akan menjadi manusia dan beriman atau tidak, sangat bergantung pada orang tuanya. Sejak kecilnya apakah anak-anak kita sudah mendapat pendidikan agama dan nilai keimanan yang benar atau tidak.
Implementasi dari sebuah pendidikan agama, akan tumbuh keimanan dan dampak yang ditimbulkan secara positih adalah memunculkan akhlak terpuji. Korelasi antara pendidikan agama, tumbuh berkembangnya keimanan, dan terwujudkan manusia berakhlak mulia, adalah bagian satu satu sistem yang saling terkait. Seperti contoh kongkrit, yaitu panutan kita Rasulullah Saw adalah manusia yang berakhlak mulia.
Aisyah pernah ditanya sahabat, bagaimana akhlak Rasulullah, maka ia menjawab bahwa, “Akhlak Rasul adalah Alquran. Artinya Rasul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Alquran.”
Untuk menjadikan orang yang beriman dan berakhlak mulia seperti Rasulullah harus ditanamkan, dibangun, dididik dan dilatihkan sejak kecil melaui jiwa dan raga anak oleh orang tuanya sesuai dengan ajaran Alquran. Dalam diri manusia secara fisik dan secara psikis, yang digerakkan oleh akal dengan mendapat pertimbangan hati, yang menjadikan iman bagi anak-anak. Dasar-dasar ajaran yang telah dijabarkan dalam kitab Suci Alquran, tentang bagaimana kewajiban berpuasa.
Puasa dan Iman Kuat
Ibadah puasa hanya dapat dan mampu dijalani oleh orang yang mempunyai keimanan yang kuat. Keimanan yang kuat tersebut juga dapat ditampakkan pada sikap rasa malu dan jujur untuk tidak makan dan minum atau tindakan yang membatalkan puasa, sekalipun sendirian, tidak ada yang tahu. Ibadah puasa, merupakan ibadah yang sirri dan tidak berbentuk, serta pelaksanaan cukup berat. Selain selain unsur keimanan yang mendasari kekuatan, juga ada faktor latihan dan pembiasaan yang dilakukan sejak kecil.
Perintah puasa yang difirmankan oleh Allah dalam Alquran, ‘Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan di antara kamu untuk berpuasa seperti apa yang diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar supaya kamu bertakwa. ” (QS al-Baqarah Ayat 183).
Dalam Alquran, jelas disebut orang yang beriman, untuk menjalankan puasa. Allah sudah memperkirakan hambanya yang tidak beriman, tidak bakal kuat menjalankan puasa. Puasa hanya dapat dilakukan oleh orang yang beriman dan mempunyai kekuatan niat. Faktanya memang banyak orang Islam yang tidak berpuasa pada bulan Ramadan, karena dalam dirinya tidak ada unsur kekuatan iman.
”Barangsiapa yang berpuasa di Bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Walhasil, ibadah puasa hanya dapat dilakukan oleh orang Islam yang mempunyai kekuatan iman yang tinggi dan mampu mengelola kejiwaannya, sehingga arah hidupnya mendapat hidayah Allah Swt. Dan umumnya, untuk kuat berpuasa bagibagi orang dewasa, maka harus ada upaya untuk latihan puasa, waktu masa kecilnya.
(*Maswan, dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Unisnu Jepara, ketua Pengurus YPI Darul Ulum Puring Jerukwangi Bangsri Jepara)