Oleh : Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara)
nujepara.or.id – Ila hadhroti Nabiyyina wa Habibina wa Syafi’ina wa Maulana Sayyidina Muhammadin Shollallahu Alaihi Wassallam. Al Fatihah
Wa Ila Hadhroti Syech Abdul Qodir al Jilaniy Wa Syech Imam Abul Hasan Asy-Syadzily wa ila khadhroti min imamitthoriqoh kullihim. Al Fatihah
Tsumma ila khadroti ahli sanadina fi kitabil burdah al Habib Abdullah al Hindwan min al Al Habib Ali As Shihab min Asy Syech Nawawi al jepara min syaikhina wa murobbi ruhina simbah Sholeh Darat ushulihi wa furu’ihi, wa ustadzihi wa muridihi wa liman atba’a ilaihi. Al Fatihah
Tsumna ila khadhroti khusushon shohibil burdah Syech imam Abu Abdullah Muhammad bin Sa’id al Bushiriy. Al Fatihah
Bismillahirrohmanirrohim
Nadhom
(17)
Man Liy Biroddi Jimahin Min Ghowayatiha # Kama Yuroddul Jimahul Khoili Billujumi
Siapa orang yg bisa menghidangkan dan menjamin diriku dengan membelokkan kuatnya dorongan nafsu, liarnya nafsu dari keinginan nafsu seperti halnya susahnya mengendalikan kuatnya nafsu kuda itu saat ditarik tali kendalinya artinya bahwa kuatnya dan binalnya kuda bisa dikendalikan dengan menarik tali kendalinya sehingga bisa nurut, baik kondisinya dan dan berjalan di jalan dengan baik dan benar.
Sedangkan nafsul insan tidak bisa nurut dengan hanya di beri nasehat berupa tanda rambut putih dikepalanya apalagi mendapatkan nasehat dari orang orang biasa dan semua itu bisa berubah dan nurut hanya karena mendapat Taufiq Hidayah dari Gusti Allah SWT. Hal ini lah yang ditunjukkan oleh syech Imam al Bushiriy bahwa sesungguhnya seorang Salik Ilallah Subhana-Hu Wa Ta’ala itu tidak bisa sempurna kecuali melalui dan memiliki Guru yang ‘Arif.
Karena wataknya nafsu itu terkadang hanya merasa bagus untuk dirinya sendiri dan kelakuannya sendiri yang semuanya itu menjadi rusak karena mengikuti hawa nafsunya dan olehnya sesungguhnya Guru itu ibarat dokter spesialis.
Bashirotul qolbi itu tidak bisa Ma’rifatullah dengan Dawqul Ma’rifah wal Wajdi akan tetapi harus melalui dan memiliki Guru yang ‘Arif. Dan tidak bisa Manqusy ‘Ilmul ma’rifat artinya tidak bisa ke cetak nempel kalimat Tauhid di dalam hati kalo tidak melalui dan memiliki Guru yang ‘Arif.
Kondisi dimana akan wujud ma’rifat di dunia sebelum meninggal; “Wa man Kana fi Hadihi A’ma fahuwa fil Akhiroti A’ma = siapa yang di dunia buta mata hatinya (bathin) maka diakherat juga akan buta kedua matanya (mata dhohir). Karena kedua mata (mata dhohir) itu menunjukkan mata hati (bathin) sebaliknya mata hati (bathin) menunjukkan kedua matanya (dhohir) kesimpulannya adl kondisi bathin diakherat akan menjadi dhohir.
Konsekwensinya, melalui dan memiliki Guru yang ‘Arif itu wajib bagi seorang Salik dan Murid karena Dzikrullah dan tidak melalui dan memiliki Guru yg ‘Arif itu tidak akan bermanfaat di dalam kebersihan hati. Dan jika ada orang yang Futuh Ma’rifatullah tanpa Guru yang ‘Arif itu langka. Sehingga jika benar adanya itu tidak bisa dijadikan Guru karena kondisi Majdub dan orang yang Jandab tidak bisa dijadikan Guru.
Kecuali Sayyidiy Ahmad al Badawiy Qoddasa Sirrohu ; Karena Ilmu yang tidak melalui dan memiliki Guru itu tidak disebut bagian daripada nama ilmu dan tidak wenang diminta ilmunya karena tanpa Guru. Karena di dalam jati diri Guru itu banyak rahasia yang tidak pas untuk di buka.
Kita sebagai orang yang beriman mengharap sekali semoga diberikan husnul khotimah saat meninggal dunia dan mengharap bisa mengucapkan kalimat Thoyyibah saat akan meninggal dunia. Semua itu sulit manakala tidak kita biasakan saat kita masih hidup dan tidak bisa membiasakannya jika tanpa Guru. Jadi memiliki Guru Thoriqoh itu Wajib agar bisa langgeng Ma’rifat kepada Gusti Allah SWT saat akan meninggal dunia. Maka benar perumpamaan bahwa sesungguhnya kuda dapat berjalan dengan benar dan baik karena kuda ada yang mengendalikannya. Maka sesungguhnya orang yang mengendalikan itu adalah ibarat Syech Mursyid.
Dari sana syech Imam al Bushiriy memberikan pemahaman bahwa sesungguhnya jika ada seseorang itu mampu mengendalikan dan mengekang nafsunya agar tidak terjerumus kepada yang negatif dan tidak melakukan kemaksiatan maka orang itu akan mampu berkata nafsuku tidak butuh, dan mampu mengendalikan diri terhadap sesuatu yang disenangi. Ketika sudah banyak berfoya foya sekejap tidak melakukan dan mengulanginya kembali.
Semoga ngaji burdah pada sesi ini manfaat, barokah dan mendapatkan syafaat dari baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW fiddiniy waddun-ya wal akhiroh.. Amin Amin Amin
Bersambung..