Oleh : Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara)
nujepara.or.id-Ila hadhroti Nabiyyina wa Habibina wa Syafi’ina wa Maulana Sayyidina Muhammadin Shollallahu Alaihi Wassallam. Al Fatihah
Wa Ila Hadhroti Syech Abdul Qodir al Jilaniy Wa Syech Imam Asy-Syadzily wa ila khadhroti min imamitthoriqoh kullihim. Al Fatihah
Tsumma ila khadroti ahli sanadina fi kitabil burdah al Habib Abdullah al Hindwan min al Al Habib Ali As Shihab min Asy Syech Nawawi al jepara min syaikhina wa murobbi ruhina simbah Sholeh Darat ushulihi wa furu’ihi, wa ustadzihi wa muridihi wa liman atba’a ilaihi. Al Fatihah
Tsumna ila khadhroti khusushon shohibil burdah Syech imam Abu Abdullah Muhammad bin Sa’id al Bushiriy. Al Fatihah
Bismillahirrohmanirrohim
Al Fashlul Awwal
Fil Ghozli Wassyakwal Ghoromi
Nadhom (1)
Faqolan-nadhim yg memulai dg pertanyaan;
Amin Tadzakkuri Jironin Bidziy Salami # Mazajta Dam’an Jaro min Muqlatin Bidami
Apakah karena kamu mengingat atau teringat kepada kekasihmu (baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW) dan cinta kamu kepada seseorang yang bertempat tinggal di desa “dzi salam” (desa yg berada diantara Makkah al Mukarromah dan Madinah al Munawwaroh) yang menjadikan kamu menangis sedih sehingga air matamu mengucur di kedua matamu bercampur dengan darah karena berkahnya syech Imam al Bushiriy.
I’lam; ketahuilah sesungguhnya kebiasaan para Ulama Syu’aro itu ketika memulai bersyair tidak membaca Bismillah, al Hamdulillah, akan tetapi memulai syairnya dengan syair yang “lawazimil asyiq” artinya menyebutkan bagaimana caranya dan ungkapannya penuh dengan cinta kasih kepada kekasihnya dan tertarik hatinya kepada kekasihnya saat saat ingat namanya, ingat tingkah lakunya, ingat rumah dan desanya sehingga rasa sedih di hati tanpa terasa meneteskan air mata, tdk bisa tidur dan pilu hatinya. Dan kondisi yang sedemikian rupa itu menurut para ahli syair disebut “‘Azl dan Tasybib”. (Penuh dg Cinta kasih dan Rintihan Rindu yg Membara). Maka memulai bersyair dengan “azl” (cinta kasih ) dari Sifatnya baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Sesungguhnya jumlah bait nadzom al Burdah itu ada 162 bait, yg jumlah 12 bait memuat tentang “baro’atil mathla'” yaitu menerangkan ttg sesuatu yg menjadi maqsud kitab ini.
Kemudian jumlah 16 bait memuat bab ttg “nafsu dan hawa”. Yang jumlah 30 bait memuat bab tentang cinta dan memuji baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Yang jumlah 19 bait memuat bab ttg kelahiran baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Yang 10 bait memuat bab tentang orang orang yang diajak masuk Islam oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Tang jumlah 10 bait lagi memuat tentang “Madhil Qur’an”. Yang jumlah 9 bait memuat ttg Mi’roj baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Yang jumlah 22 bait memuat bab ttg Jihadnya baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Yang jumlah 14 bait memuat tentang Istighfarnya baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Yang jumlah 26 bait memuat tentang Munajatnya baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Maka saat cucuran air matamu menghayati nadzom nadzom tersebut yakni seakan nadzom itu bertanya kepada orang orang yang menyembunyikan rintihan rindu yg mendalam yaitu kepada kita sendiri bertanya Ya Nafsul Asyik ( Hai Jiwa yg Merindu) adakah tangisanmu yang mengakibatkan cucuran air matamu berubah menjadi darah karena ingat dan mengingat kekasihmu yg bertempat tinggal atau tidak ada di desa “dzi salam”? Adapun makna “jiron” itu mahbub.
Sedangkan “dzi salam” itu nama desa yg berada di antara Makkah al Mukarromah dan Madinah al Munawwaroh dekat desa qudaid. Maka bertanya seperti itu adl kewajaran dari orang orang yang merindu dan orang orang yang tertarik kepada kekasihnya sewaktu waktu baik ingat desanya, rumahnya maupun prilakunya, dan menangis seperti bukan tangisan “ikhtiyariy”. Karena orang yang jatuh cinta itu bukan “ikhtiyariy” melainkan berasal daya tarik yang dicintai dan dikasihi. Kesimpulannya sekali lagi buka tangisan “ikhtiyariy”.
Semoga ngaji burdah pada sesi ini manfaat, barokah dan mendapatkan syafaat dari baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW fiddiniy waddun-ya wal akhiroh.. Amin Amin Amin
Bersambung..