nujepara.or.id – Media sosial menjadi ancaman sekaligus peluang bagi para dai dan daiyah. Momentum positif dan negatif dalam dunia dakwah tersebut tidak lagi jadi persoalan mudah. Selain kemampuan berkomunikasi yang baik, perlu juga penguasaan pemetaan segmentasi masyarakat penerima pesan.
Secara spesifik, para penceramah dalam era digital melalui media sosial menghadapi situasi matinya keulamaan. Masyarakat menjelma menjadi ahli segala ahli, termasuk menjadi ulama jadi-jadian. Setiap orang merasa bisa dan mampu berbicara tentang agama hanya mengandalkan browsing internet tanpa kemampuan pemilihan sumber dan pemahaman yang otoritatif.
Merespon realitas dakwah demikian, membuat Lembaga Dakwah NU (LDNU) PCNU Jepara merasa perlu mengadakan pelatihan dai dan daiyah milenial. Kegiatan diselenggarakan di Aula Gedung Kementerian Agama Kabupaten Jepara, pada 6 Agustus 2023 kemarin.
Hadir tiga pemateri berdasarkan tiga isu utama dalam pelatihan yang dihadiri lebih dari 100 orang para dai dan daiyah NU Jepara, serta aktivis Fatayat NU se-Jepara.
Dr. K. Abdul Wahab Saleem mengungkapkan bahwa tantangan utama dakwah melalui media sosial adalah isu radikalisme. Betapa banyak tema-tema intoleransi beragama yang mengarah pada aksi kekerasan, mudah ditemukan dalam pencarian internet dan akun-akun media sosial. “Jepara sebagai bagian kota santri mesti siap menghadapi tantangan itu. Karena faktanya sudah ada jaringan teroris serta radikalis di Jepara”, ungkap sosok yang juga menjabat dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara.
Selain itu, narasumber lain Dr. K. Muh Khamdan menggambarkan trend serta dinamika dakwah di kalangan muslim urban dan artis “hijrah” perkotaan. Proyeksi dakwah di Jepara oleh sosok lulusan doktoral UIN Syarif Hidayatullah Jakarta misalnya, dipetakan berdasarkan wilayah urban dan industri yang kian berkembang di kawasan Jepara bagian Selatan. Salah satu poin yang direkomendasikan adalah pentingnya keseimbangan jumlah dai dan daiyah agar memenuhi segmentasi dakwah di masyarakat.
Pembekalan sekaligus penguatan keterampilan dakwah disampaikan oleh KH. Mahrus Ali, mantan ketua LDNU Jepara periode 2010-2015. Dalam pandangan mubaligh asal Mayong dan lulusan Pesantren di Lasem ini, kesiapan untuk menyampaikan pesan mesti dilatih sedini dan sesering mungkin, bahkan perlu dibuat ajang kompetisi rutin. “Sosok dai dan daiyah akan mudah serta luwes menyampaikan pesan keagamaan dengan baik jika dibentuk dari kebiasaan penilaian terus menerus”, pesannya menyemangati para peserta sampai di sore hari.
(Shuhada Sholikhin)