Oleh M Abdullah Badri
Masih percaya kalau kaya harus terus bekerja? Kalau Anda masih percaya, silakan segera tobat dengan membaca esai gemblung saya ini sampai selesai.
Matematika kerja itu meniscayakan apa yang disebut dalam hadits Nabi sebagai al-ujroh(upah/bayaran/gaji). Sehingga, ketika terus menerus bekerja, dengan keras, minim istirahat, maka ujroh yang akan didapatkan kian meningkat. Itulah yang terangkai dalam makna kalimat “Rajin Pangkal Kaya, Malas Pangkal Miskin.”
Saya membedakan kerja dengan usaha. Lain dalam kerja, Anda yang jadi pengusaha (subjek dari verba ‘usaha’), matematikanya bukan matematika gaji, tapi keuntungan. Dalam bahasa fiqih disebut al-ribh (profit/surplus).
Bedanya lagi, bila al-ujroh sifatnya stagnan -kecuali ada tunjangan raihan prestasi-, maka, dalam al-ribh, sifatnya selalu bertambah bila terus dikembangkan. Al-ribhmembutuhkan kreativitas lebih, sementara dalam al-ujroh, membutuhkan kerja keras berlebih jika ingin tetap dapat berpenghasilan.
Sifat stagnan dalam matematika kerja dan potensi berkembang dalam matematika usaha itulah yang kemudian dinyatakan Kanjeng Guru dalam bahasa “Berpenghasilan Tetap atau Tetap Berpenghasilan.” Pilihan pertama lebih aman dari yang kedua. Namun, pilihan kedua lebih menjanjikan daripada memilih yang pertama. Kalau bisa, ya memilih aman dan menjanjikan, bukan?
Pada medio 2013, ketika saya berkunjung ke Kanjeng Guru, ia memberikan sebuah rapalan wirid yang dijanjikan akan memberikan spirit keuntungan material berlebih. Sehingga, saya dijamin bisa kaya tanpa harus bekerja. Bahasa Kanjeng Guru ketika itu bukan kaya tanpa usaha, tapi kaya tanpa harus bekerja. Artinya, kaya itu bisa diusahakan, walau tidak harus mempekerjakan diri attau dipekerjakan orang lain.
Siapa pun akan tertarik dengan wirid tersebut. Namun, Kanjeng Guru dari awal sudah menyatakan bahwa wirid tersebut tidak mudah untuk dilaksanakan walaupun mudah untuk dilafalkan. Sebab, katanya, yang dibutuhkan untuk menjadi kaya bukan wiridnya, namun keyakinan dan mentalnya. Di sini saya jadi ingat pesan para motivator berdasi yang menyatakan bahwa kaya itu soal mental, bukan profesi semata.
Berkali-kali saya dibilang tidak akan mampu melaksanakan wirid yang diceritakannya itu karena sifat saya yang selalu ingin serba bisa dirasionalkan. Tidak ada hubungannya kan antara wirid dan jadi kaya? Bahkan akan dianggap gemblung bin edan oleh, barangkali, para motivator yang kaya karena pandai merangkai kalimat motivasi dan membelokkan mental itu.
Dalam banyak fakta, banyak wirid justru memperbanyak kesibukan menyendiri-semedi, yang itu artinya sama saja dengan memiskinkan diri karena mutlak kurang bersosialisai sebagaimana syarat jadi kaya. Kawan saya banyak juga kok yang sarjana kuburan. Yang hampir tiap malam di kuburan. Menggantung nasib dari nasi dan rokok belas kasihan di makam-makam. Saya tidak mencela mereka karena motivasi untuk kaya, hampir bukan jadi tujuan hidup mereka. Sah-sah saja.
Tapi banyak pula para kyai dan tokoh agama yang kaya tapi kesibukannya sekadar mengajar. Menurut orang awam, dia kaya karena banyak wiridnya. Bagi saya, itu 100 persen salah. Menurut saya, mereka kaya karena mental dan keyakinnya sudah tertata. Inilah yang ditekankan oleh Kanjeng Guru.
Keyakinan tersebut adalah terbangunnya rasa percaya penuh bahwa apa diterima adalah bagian dari cara terbaik Gusti Allah membuat kaya hambanya, kita semua. Harus tertanam keyakinan bahwa besok, esok, esoknya lagi, akan datang rejeki bagian kita yang bahkan orang lain pun tidak akan pernah bisa mengambilnya. Baca esai saya soal Mencairkan ATM Rejeki dari Tuhan. Ada keyakinan dalam diri bahwa kita akan jadi kaya tanpa harus kerja.
Sebanyak apa pun wirid Anda rapal, kalau Anda tidak memiliki keyakinan bahwa besok pagi akan ada rejeki yang datang sengaja, maka, tak akan bermanfaat, apalagi membawa keberkahan.
Apa sih wiridan gemblung yang diberikan Kanjeng Guru itu? Mudah sekali. Syaratnya yang lumayan berat: butuh kemantapan.
Baik, inilah wirid tersebut: Bacalah YAA SUGIIH….YAA SUGIIH…YAA SUGIIH….di halaman rumah Anda dengan posisi kepala langsung ke langit. Waktunya, tengah malam. Baca terus sampai Anda mengantuk, lalu masuk kamar, dan, tidurlah nyenyak. Kalau belum ngantuk, terus baca sebanyak-banyaknya. Untuk hemat waktu, ketika Anda mulai merasa ngantuk, keluar saja ke halaman rumah, duduk di kursi. Jika kantuk sudah berat tak tertahan, tidur. Lakukan itu setiap Anda mau.
Tapi jangan lupa, tawassulnya ke pemberi wirid, yakni Kyai Aqib, Kecapi, Kab. Jepara, Jawa Tengah. Ya, wirid gemblung kaya tanpa kerja itu dari beliau Kyai Aqib Jepara (Alm). Insyaallah mustajab bila Anda yakin besok pagi ada dana 1 juta milyar masuk ke rekening. Mental kaya, bisa mulai dibangun dari wirid gemblung ini. Saya sudah melakukannya sedikit. Dan dianggap punya anakan tuyul beberapa. Saya sudah mulai tobat.