Menu

Mode Gelap
Rajab, Saatnya “Mremo” Amal Kebaikan di Bulan yang Mulia Bahtsul Masail Tingkat Mahasiswa Se-Jawa Tengah digelar di UNISNU, Soroti Kontroversi Terkait Hukum dan Politik Aliansi Santri Jepara Desak Komdigi dan KPI Cabut Izin Trans7, Buntut Tayangan yang Lecehkan Pesantren Visiting Lecturer di Negeri Tirai Bambu, Aprilia Wakili UNISNU Jepara Kenalkan Wisata Bahari Indonesia Dosen UNISNU Jepara Raih Gelar Doktor, Usung Akuntabilitas Keuangan Berlandaskan Pemikiran Al-Farabi

Headline · 15 Mar 2024 00:06 WIB ·

Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Ruhani Sunan Kalijaga


 Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Ruhani Sunan Kalijaga Perbesar

nujepara.or.id- Ratusan tahun yang lalu Kanjeng Sunan Kaljaga memberikan wejangan dalam sebuah tembang yang berjudul “Kidung Marmati”. Marmati diartikan dengan samar mati. Artinya ketika seorang ibu melahirkan akan mengalami kondisi antara hidup dan mati. Tembang tersebut juga mengajarkan kepada kita arti sangkan paraning dumadi atau proses kita menjadi ada.

Dalam falsafah Jawa, saat usia kandungan menginjak empat bulan atau dalam Jawa mitoni, ketika Allah meniupkan ruh Nya, diturunkanlah empat malaikat yaitu Jibril, Mikail, Isrofil dan Izroil. Menginjak usia lima bulan, tambah satu lagi (diri kita) sehingga menjadi apa yang dinamakan “sedulur papat limo pancer”.

Jadi dalam adat kebiasaan masyarakat Jawa ada upacara mapati (empat bulan), ningkepi (enam bulan), hingga mitoni (tujuh bulan). Setelah mitoni, usia bayi menjelang delapan bulan hingga sembilan bulan sudah tenteram di dalam kandungan karena dijaga oleh empat malaikat. Yang dua malaikat berada di sebelah kanan dan dua malaikat ada di sebelah kiri. Yang satu lagi adalah pusat, yaitu diri kita sendiri. Sehingga Sunan Kalijaga memberi nama dengan sebutan Sedulur papat lima pancer.

Lebih jauh Kanjeng Sunan Kalijaga menjelaskan empat malaikat yang menjaga kita sejak dalam kandungan hingga lahir atau yang disebut sedulur papat ini dilambangkkan dengan simbol Kakang Kawah/air ketuban, Adhi ari-ari. Getih/darah, dan Pusar/plasenta.

Kakang Kawah/air Ketuban adalah cairan yang menemani kita sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Seperti yang kita ketahui, air ketuban bertugas melindungi kita dari benturan dan melindungi bayi dari kekeringan. Karena dengan adanya air kawah ini bayi bisa bebas bergerak. Kakang kawah inipun yang keluar terlebih dahulu membukakan jalan bagi si jabang bayi sehingga Kanjeng Sunan Kalijaga menyimbolkan air ketuban ini sebagai Kakang Kawah.

Adhi ari-ari atau dinamakan placenta dalam ilmu kedokteran. Adhi ari-ari bertugas untuk menyalurkan saripati makanan kepada si bayi dari makanan yang dimakan oleh ibu saat di dalam kandungan. Adhi ari-ari keluar setelah bayi lahir, sehingga dalam falsafah Jawa disebut “adhi” atau saudara muda. Adhi ari-ari ini juga implementasi dari prilaku baik dan buruk ayah dan ibu bagi si jabang bayi.

Getih/darah sama seperti halnya air ketuban, Getih juga menemani si bayi sejak dalam kandungan hingga proses kelahiran. Getih ini juga berada di dalam tubuh si bayi hingga dia dewasa.

Pusar/tali placenta tugasnya adalah memberi perhatian. Tali pusar seperti halnya ari-ari menemani sampai si jabang bayi lahir hingga usia tujuh hari yang akan secara alami mengering dan lepas dengan sendirinya. Proses lepasnya tali pusar dari bayi disebut  puput atau pupak.

Maka lengkaplah Sedulur Papat (empat saudara) Limo Pancer (yang kelima adalah diri kita sendiri sebagai pusat untuk bersatu) atau dalam bahasa Jawa nyawiji. Menjadi tunggal dalam perwujudan saya sebagai bentuk ciptaan dari Allah swt. Tugas sedulur papat meskipun telah usai namun pada hakekatnya keempat saudara tadi tidak hilang karena sudah menjadi wujud diri kita. Sedulur Papat tadi tetap menjadi bagian dari diri kita. Jika kita berperilaku benar kita akan mencapai maqom manusia yang sempurna atau insan kamil.

Kanjeng Sunan Kalijaga memberi nama Sedulur Papat tadi menjadi sedulur Aluamah, sedulur Supiyah, sedulur Amarah, dan sedulur Mutma’inah. Sama dengan yang telah diajarkan oleh Imam Ghozali memberi nama sedulur papat dengan istilah nafs.  Jika keempat sedulur tadi dekat dengan malaikat, maka prilaku diri kita (pancer) akan menjadi baik. Begitu pula sebaliknya. (red)

Artikel ini telah dibaca 9,648 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Rajab, Saatnya “Mremo” Amal Kebaikan di Bulan yang Mulia

21 Desember 2025 - 19:55 WIB

Ustadz Miqdad Sya'roni

Hj. Nur Istiqlaliyah Kembali Nahkodai Muslimat NU Bangsri Periode 2025-2030

21 Desember 2025 - 19:34 WIB

Hj. Nur Istiqlaliyah Kembali Nahkodai Muslimat Bangsri

Bahtsul Masail Tingkat Mahasiswa Se-Jawa Tengah digelar di UNISNU, Soroti Kontroversi Terkait Hukum dan Politik

17 Oktober 2025 - 10:16 WIB

Aliansi Santri Jepara Desak Komdigi dan KPI Cabut Izin Trans7, Buntut Tayangan yang Lecehkan Pesantren

16 Oktober 2025 - 16:05 WIB

JADWAL Hari Santri Nasional 2025 di Jepara, Ada Muktamar Ilmu, Tanam Mangrove Hingga Santri Award

9 Oktober 2025 - 09:33 WIB

Ini Agenda Hari Santri Nasional di Desa Tahunan yang Wajib Kamu Ketahui

9 Oktober 2025 - 09:07 WIB

Trending di Kabar