Oleh : Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara)
nujepara.or.id- Ila hadhroti Nabiyyina wa Habibina wa Syafi’ina wa Maulana Sayyidina Muhammadin Shollallahu Alaihi Wassallam. Al Fatihah
Wa Ila Hadhroti Syech Abdul Qodir al Jilaniy Wa Syech Imam Abul Hasan Asy-Syadzily wa ila khadhroti min imamitthoriqoh kullihim. Al Fatihah
Tsumma ila khadroti ahli sanadina fi kitabil burdah al Habib Abdullah al Hindwan min al Al Habib Ali As Shihab min Asy Syech Nawawi al jepara min syaikhina wa murobbi ruhina simbah Sholeh Darat ushulihi wa furu’ihi, wa ustadzihi wa muridihi wa liman atba’a ilaihi. Al Fatihah
Tsumna ila khadhroti khusushon shohibil burdah Syech imam Abu Abdullah Muhammad bin Sa’id al Bushiriy. Al Fatihah
Bismillahirrohmanirrohim
Nadhom
(15)
Wa La A’addat Ninal Fi’lil Jamilil Qiro # Dhoifin Alamma Biro`siy Ghoiro Muhtasimi
Dan lagi sesungguhnya nafsu amarahku itu tidak mungkin bersedia mempersiapkan amal sholeh dan berbuat kebajikan serta tidak mau menghidangkan makanan dan menghormati tamu. Hal ini diperumpamakan yang ada di kepalaku yaitu rambut putih sebagai tamu dikepalaku sedangkan kondisi tamu yang datang itu tidak malu dan tidak merasa ewuh pakewuh terhadap tuan rumahnya artinya sesungguhnya aku itu tidak mempersiapkan suguhan tamu yang diibaratkan tamu rambut putih yang datang dikepalaku. Tamu yang datang itu membutuhkan suguhan amal shaleh dan prilaku yg baik sehingga tamu tersebut tidak akan hengkang dari rumah tuan rumah karena tamu tersebut wajib dihormati dan mengharap ikhtisyam agar cepat pergi karena tata kramanya tamu itu tidak mau lama lama dan ingin secepatnya pamit pergi. Dan ini tamu ajaib yaitu ingin mengajak tuan rumah ikut pergi artinya tamu tidak akan pergi selagi tuan rumah meninggal dunia.
Konsekwensinya tuan rumah tidak hurmat dan tidak menyuguhi sampai mau pergi bersama tamunya. Maka ini lah makna lafald “ghoiru muhtasyim” artinya tamu yang tidak mempunyai malu dan tidak mempunyai ewuh pakewuh yang tidak disuguhi tetap tidak pergi, hal ini menunjukkan bahwa adanya tamu rambut putih itu nur pengingat ingat kalo sudah dekat ajal kematian. Maka secepatnya beramal sholeh dengan banyak berdzikir, membaca al Qur’an, Shodaqoh, dan membaca Shalawat kepada baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW karena membaca shalawat itu mampu melebur dosa daripada ngeleburnya air terhadap dosa.
Maka seyogjanya wahai mukmunin ! Kita menyuguhi tamu dengan membaca Shalawat alan Nabiy Shallallahu Alaihi Wa Sallam, Dzikrullah dan membaca al Qur’an itu tertera di dalam tafsir Ruhul Bayan di surat al Jasiyah;
” Am Hasiballadzinajtarohussayyiaati An Naj’ala hum Kalladzina Amanu wa ‘Amilussholuhaati Sawaun Mahyahum wa Mamatuhum sa
a maa Yahkumun”
Adakah mengira orang orang yang melakukan perbuatan tercela yang telah Aku jadikan semua itu tidak sama dengan yang aku jadikan orang orang yg beramal sholeh yaitu tidak sama baik semasa hidup maupun setelah mati. Sangat tercela praduga orang orang kafir yang menyamakan orang beramal dan tidak beramal atau orang mukmin dan orang kafir. Maka sangat berbeda orang yang beramal dengan orang yang tidak beramal sebagaimana orang bodoh dan orang cerdas. Tidak sama juga orang yang hanya bisa tidur malas dan bekerja keras.
Semoga ngaji burdah pada sesi ini manfaat, barokah dan mendapatkan syafaat dari baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW fiddiniy waddun-ya wal akhiroh. Amin Amin Amin
Bersambung.