Menu

Mode Gelap
Ribuan Warga Ikuti Sepeda Santai Harlah NU ke-102 di Desa Bulungan Live : Muskercab Ke-3 PCNU Jepara Video Full : Resepsi Peringatan Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama Fenomena Minuman Keras di Jepara, Antara Wisata Halal dan Tantangan Regulasi Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor

Hujjah Aswaja · 15 Apr 2022 18:44 WIB ·

Tradisi “Jaburan” Ramadhan : Laku “Sakho” Masyarakat Indonesia


 Tradisi “Jaburan” Ramadhan : Laku “Sakho” Masyarakat Indonesia Perbesar

nujepara.or.id – Keunikan masyarakat Indonesia dalam memaknai dan mengisi bulan Ramadhan sangat lah kaya dan beraneka ragam, seperti halnya ada tradisi “Jaburan”.

Jaburan adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia pada setiap menjelang buka Ramadhan yaitu memberi “buko” berupa “tum-tuman nasi”, makanan kecil, gethuk, pisang goreng, bakwan, kolak pisang dan kolang kaling, dsb, Serta minuman-minuman kecil baik aqua, kopi, es teh yang di kirim ke Masjid dan Musholla.

Tradisi “jaburan” atau yang biasa di sebut “takjil” ini adalah bentuk altruisme, partisipasi dan interaksi sosial dalam mewujudkan kohesi, sense of belonging, persatuan, kesatuan, guyub, rukun, gotong royong dan rasa solidaritas yang tinggi, bahkan lebih dari itu yaitu menunjukkan masyarakat Indonesia bukan tipe masyarakat yang egois dan pelit melainkan masyarakat indonesia yang komunal dan dermawan atawa sakho.

Konteks tradisi “jaburan” masyarakat indonesia adalah “jabaran” secara cerdas dengan menggunakan pendekatan sosio-cultural teks dalil hadits yaitu:

“Man fatthoro fihi shoiman kana lahu maghfirotan lidzunubihi wa ‘itqo roqobatihi minan-nar.. wa kana lahu mitslu ajrihi min ghairi an yanqusho min ajrihi syaiun”

Teks dalil diatas, memberikan inspirasi yang tidak hanya bersifat individu melainkan bersifat budaya sehingga maknanya membentuk sebuah tradisi budaya yaitu Tradisi “Jaburan puasa” yang disajikan dan dinikmati oleh banyak orang baik di masjid maupun di mushallah..

Dari “tafsir sosio-budaya” teks teks dalil diatas, menyadarkan kepada kita tentang perlunya ide ide cerdas bagaimana teks teks dalil agama selalu tetap “hidup” dan relevan dengan situasi dan kondisi serta tantangan yang dihadapi terus menerus dari zaman ke zaman seperti halnya syair syairnya yang tetap namun selalu up date dengan perubahan gending atawa iramanya.

Ahinya, Tradisi Jaburan harus kita jadikan inspirasi baru bagaimana tetap dipertahankan namun disesuaikan dengan realitas dan tantangan yang dihadapi seperti yang sekarang baru ngetrend yaitu “ngebuburit”.

Semoga kita termasuk menjadi orang yang “memberi” jaburang bukan orang yang selalu “menikmati” jaburan… Aamiin.

Oleh : Kiai Hisyam Zamroni
Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 21 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Syair Para Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

27 Januari 2025 - 11:52 WIB

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Semangat Kepahlawanan dan Jiwa Altruisme Sosial

8 November 2024 - 15:47 WIB

MWC NU Tahunan Serukan Jaga Kondusifitas Selama Pilkada

2 November 2024 - 13:32 WIB

YPMNU Jepara Adakan Simulasi Manasik Haji

1 November 2024 - 20:32 WIB

Jagong Ngayeng di Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober 2024 - 06:58 WIB

Trending di Hujjah Aswaja