Menu

Mode Gelap
Pesan dari Bandungharjo untuk Jepara: Pertebal Cinta Tanah Air Lewat Kirab Merah Putih, Malam Hari Langitkan Doa untuk Bangsa Bersama Habib Umar Muthohar dan Gus Muwafiq Lakpesdam PCNU Gandeng UNISNU Lakukan Riset Dampak Industrialisasi di Jepara Koreksi Master Kalender 2024, Lembaga Falakiyah NU Jepara Pastikan Sesuai Perhitungan Siswi MA Nahdlatul Ulama Tengguli Sabet Harapan 2 Ajang Lomba Esai Se-Jateng dan DIY Garam : “Misi Suci” Yang Sering Terkapitalisasi!

Hujjah Aswaja · 15 Apr 2022 18:44 WIB ·

Tradisi “Jaburan” Ramadhan : Laku “Sakho” Masyarakat Indonesia


 Tradisi “Jaburan” Ramadhan : Laku “Sakho” Masyarakat Indonesia Perbesar

nujepara.or.id – Keunikan masyarakat Indonesia dalam memaknai dan mengisi bulan Ramadhan sangat lah kaya dan beraneka ragam, seperti halnya ada tradisi “Jaburan”.

Jaburan adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia pada setiap menjelang buka Ramadhan yaitu memberi “buko” berupa “tum-tuman nasi”, makanan kecil, gethuk, pisang goreng, bakwan, kolak pisang dan kolang kaling, dsb, Serta minuman-minuman kecil baik aqua, kopi, es teh yang di kirim ke Masjid dan Musholla.

Tradisi “jaburan” atau yang biasa di sebut “takjil” ini adalah bentuk altruisme, partisipasi dan interaksi sosial dalam mewujudkan kohesi, sense of belonging, persatuan, kesatuan, guyub, rukun, gotong royong dan rasa solidaritas yang tinggi, bahkan lebih dari itu yaitu menunjukkan masyarakat Indonesia bukan tipe masyarakat yang egois dan pelit melainkan masyarakat indonesia yang komunal dan dermawan atawa sakho.

Konteks tradisi “jaburan” masyarakat indonesia adalah “jabaran” secara cerdas dengan menggunakan pendekatan sosio-cultural teks dalil hadits yaitu:

“Man fatthoro fihi shoiman kana lahu maghfirotan lidzunubihi wa ‘itqo roqobatihi minan-nar.. wa kana lahu mitslu ajrihi min ghairi an yanqusho min ajrihi syaiun”

Teks dalil diatas, memberikan inspirasi yang tidak hanya bersifat individu melainkan bersifat budaya sehingga maknanya membentuk sebuah tradisi budaya yaitu Tradisi “Jaburan puasa” yang disajikan dan dinikmati oleh banyak orang baik di masjid maupun di mushallah..

Dari “tafsir sosio-budaya” teks teks dalil diatas, menyadarkan kepada kita tentang perlunya ide ide cerdas bagaimana teks teks dalil agama selalu tetap “hidup” dan relevan dengan situasi dan kondisi serta tantangan yang dihadapi terus menerus dari zaman ke zaman seperti halnya syair syairnya yang tetap namun selalu up date dengan perubahan gending atawa iramanya.

Ahinya, Tradisi Jaburan harus kita jadikan inspirasi baru bagaimana tetap dipertahankan namun disesuaikan dengan realitas dan tantangan yang dihadapi seperti yang sekarang baru ngetrend yaitu “ngebuburit”.

Semoga kita termasuk menjadi orang yang “memberi” jaburang bukan orang yang selalu “menikmati” jaburan… Aamiin.

Oleh : Kiai Hisyam Zamroni
Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 345 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ngaji Thematik Maulid : Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW dan “Interpersonal Care”

26 September 2023 - 01:15 WIB

Ngaji Thematik Maulid : Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW dan Komunikasi Massa

22 September 2023 - 04:16 WIB

Ngaji Thematik Maulid : Salawat dan Pembentukan Peradaban Manusia

21 September 2023 - 01:28 WIB

Ilustrasi peradaban manusia.

Ngaji Thematik Maulid : Tuhan, Malaikat dan Kita Semua Bersalawat

20 September 2023 - 08:04 WIB

Tuhan, Malaikat dan Kita Semua Bersalawat

Ngaji Thematik :Unggah Ungguh Kepada Kanjeng Nabi

19 September 2023 - 00:22 WIB

Ilustrasi prilaku Nabi Muhammad

Ribuan Guru Meriahkan Jalan Sehat Harlah Ma’arif NU Jepara

18 September 2023 - 01:14 WIB

Sebanyak 1300 guru yang merupakan perda dari sekolah di bawah payung LP Ma'arif NU se-Kabupaten Jepara mengikuti kegiatan jalan sehat yang digelar Minggu (17/9/2023).
Trending di Hujjah Aswaja
%d blogger menyukai ini: