Menu

Mode Gelap
PAC Ansor Kedung Gelar Silaturahmi dan Konsolidasi ke Ranting Bukan Calistung, Ini Enam Hal yang Penting Ditanamkan Saat Pembelajaran Anak Usia Dini PC Muslimat NU Jepara Gelar Diklat Paralegal, Bentuk Pos Pengaduan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Fatayat Jepara Kota Lantik Kepengurusan 11 Ranting Baru Turba ke Ranting, MWCNU Nalumsari Targetkan Kinerja Lazisnu

Islam Nusantara · 14 Nov 2022 05:07 WIB ·

Suluk Mantingan 8, “Naga Samudra” itu Seorang Perempuan dari Jepara


 Suluk Mantingan 8, “Naga Samudra” itu Seorang Perempuan dari Jepara Perbesar

nujepara.or.id – Suluk Mantingan yang digelar oleh PC LESBUMI NU Jepara merupakan kegiatan majelis ilmu, jagongan budaya, dan media silaturahim bagi pemerhati budaya khususnya di wilayah Jepara dan sekitarnya.

Forum gayeng yang juga bekerja sama dengan Yayasan Masjid Mantingan ini dilaksanakan sebulan sekali, tepatnya setiap malam bulan purnama di pelataran paseban Masjid Mantingan, Jepara dengan menghadirkan berbagai narasumber dari berbagai kalangan. Baik unsur budayawan, akademisi, serta santri sekitar.

Diskusi Suluk Mantingan yang kedelapan kali ini bertemakan “Ratu Kalinyamat Sang Naga Samudra”. Dalam diskusi ini, menghadirkan Ali Romdhoni yang merupakan dosen serta peneliti dari Universitas Wahid Hasyim Semarang didapuk menjadi narasumber utama.

Ketua Yayasan Sunan Prawoto Sukolilo Pati tersebut, juga aktif menulis berbagai buku sejarah diantaranya Kasultanan Demak Bintoro, Sunan Prawoto dan berbagai buku sejarah lainnya.

Turut hadir dalam diskusi, ketua divisi riset Lesbumi Jepara Ali Burhan, serta Dalang muda sekaligus Dewan Pembina Kebudayaan Lesbumi, Ki Hendro Suryo Kartika.

Ki Soleh Ronggowarsito pun membuka diskusi dengan tembang Suluk Asmarandana dengan judul Ratu Kalinyamat Sang Naga Samudra. Ali Burhan kemudian menyambung diskusi dengan pemaparan naskah sastra tentang Ratu Kalinyamat yang telah dipentaskan pada hari Pahlawan di Pesantren Lembah Manah Langon.

“Naskah sastra ini merupakan naskah yang bersumber dengan sejarah yang autentik, jadi tidak asal dongeng saja,” Jelas Ali Burhan menegaskan.

Memasuki diskusi inti, Ali Romdhoni menguraikan bahwa Ratu Kalinyamat yang merupakan putri dari Sultan Trenggono merupakan pemimpin wanita yang tangguh. Beliau adalah seorang Sultan dari Jepara yang mampu menyatukan berbagai kekuatan militer laut di nusantara untuk menghalau kekuasaan Portugis di Malaka.

Oleh karena ketangguhan beliau maka tidaklah berlebihan kalau kita menjuluki beliau sebagai Sang Naga Samudra, yang artinya seorang Wanita pemberani yang menguasai lautan.

Penulis buku Istana Prawoto ini Lebih jauh lagi menguraikan bahwa meskipun Ratu Kalinyamat bergelar Sultana dan merupakan putri dari Sultan Trenggono pemimpin kerajaan Demak, beliau justru berperan menjadi jantung pertahanan Demak sekaligus musuh bebuyutan Portugis.

Ini tercatat pada catatan pelaut-pelaut Portugis. Selain menjadi Sultana beliau juga merupakan seorang Muslimah yang taat karena berguru dengan Sunan Kudus dan sunan Kalijaga.

Demak Bintara merupakan kerajaan yang mewarisi perpaduan tiga darah biru, yaitu darah keturunan Rasulullah, darah keturunan Champa, dan darah keturunan Majapahit. Oleh karena mewarisi keturunan tiga darah biru tersebut, tidak heran para keturunan Demak termasuk Ratu Kalinyamat menjadi pemimpin yang unggul dan memiliki sisi spiritualitas yang mumpuni.

Akademisi dari UNISNU Jepara sekaligus Pengurus Yayasan Sultan Hadirin, Sutarya menambahkan bahwa semangat perjuangan dari Ratu Kalinyamat tidak hanya unggul dari segi kepemimpinan militernya saja, akan tetapi keunggulan pada aspek kesenian.

“Ini terbukti dengan megahnya arsitektur dan artefak yang masih bisa kita lihat di Masjid Mantingan. Seni ukir juga sangat maju di era Kalinyamat,” ungkapnya.

Sutarya juga menekankan bahwa meskipun tahun ini Ratu Kalinyamat belum bisa dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, kita jangan berkecil hati. Semangat dan perjuangan beliau dalam berkesenian harus kita warisi. Meskipun sudah lebih dari lima abad berlalu.

Menutup diskusi Ki Hendro Suryo Kartika menyenandungkan do’a dan harapan kepada para peserta diskusi Suluk Mantingan untuk tetap beristiqomah dalam berkesenian dan berkebudayaan. Oleh karena kesenian dan kebudayaan merupakan benteng tangguh untuk menjaga keutuhan negara dan agama kita.

Oleh : Kurnia Widi Tetuko (O’ok)

Artikel ini telah dibaca 164 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Kisah Syekh Ihsan Al-Jampesi, Pengarang Kitab Sirojut Tholibin yang Menolak Tawaran Raja Mesir untuk Mengajar di Al-Azhar

23 Mei 2023 - 01:05 WIB

Ketika K.H.R Asnawi Kudus Berwasiat untuk Tidak Membanggakan Nasab

20 Mei 2023 - 01:03 WIB

IKA PMII Nalumsari, Halal Bi Halal dan Komitmen Dukung Kemandirian Ekonomi NU

14 Mei 2023 - 14:42 WIB

Alumni IKA PMII Nalumsari foto bersama dengan jajaran pengurus IKA PMII Jepara saat kegiatan halam bihalal yang digelar Ahad (14/5/2023).

Kisah Sarung Anti Peluru Mbah Hasyim Asy’ari

6 Mei 2023 - 04:07 WIB

Rois Akbar NU KH Hasyim Asy'ari

Kyai Zahid Arafat, Ulama Organisatoris dan Sang Singa Podium

5 Mei 2023 - 02:44 WIB

KHUTBAH IDHUL FITRI 2023

20 April 2023 - 13:05 WIB

Khutbah IdulFitri2023 (freepikcom-sketchepedia)
Trending di Headline
%d blogger menyukai ini: