Oleh Kiai Hisyam Zamroni*
nujepara.or.id – Nusantara, memiliki tradisi tradisi yang telah “ter-asimilasi dan terakulturasi” bahkan sudah menjadi “inkulturasi dengan ajaran-ajaran agama walaupun tidak harus “dilabeli dalil-dalil” yang “dakik-dakik” seperti tradisi orang-orang nusantara “tilik haji” kepada handai-taulan, baik saudaranya, temannya kerja, tetangganya dan lain-lain.
Tradisi “tilik haji” ini mengingatkan kita kepada cerita Sayyidina Umar ibnu Khottob RA yang berniat pergi umroh yang kemudian Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW mendengarnya. Kemudian Beliau silaturrahim ke rumah Sayyidina Umar dan meminta untuk didoakan saat nanti sudah sampai di Makkah al Mukarramah.
Tindak laku Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW menjadi “uswatun hasanah” yang “menginkulturasi” dalam kehidupan sehari hari masyarakat Nusantara saat masa musim haji tiba.
Inkulturasi budaya “tilik haji” sudah tidak lagi membutuhkan “dalil verbal” tapi lebih dari itu sudah menjadi sebuah “dalil laku” bahwa ajaran Islam telah dan menjadi “membudaya” yang sudah melekat dalam perilaku sehari-hari.
Konsekwensinya agama tidak lagi “melulu” dibicarakan sebagai kajian “normatif” tapi lebih dari itu agama mengedepankan “ruh dan substantif” ajarannya sehingga agama sudah menjadi tradisi yang “hidup” dalam kehidupan sehari-hari.
Olehnya, tradisi “tilik haji” menjelma sebagai sebuah “perhelatan kemanusian antar pribadi atau individu” yang mampu meneguhkan sillaturrahim dan sekaligus meneguhkan spiritualitas yang membudaya.
Kita berdoa semoga Jama’ah Haji Indonesia sehat wal afiyat, selamat barokah dan mabrur.. Aamiin Aamiin Aamiin
*Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara